Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Bola

Prediksi Juara di Lima Kompetisi Sepak Bola Top Eropa

27 April 2021   18:12 Diperbarui: 27 April 2021   18:18 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini saya jarang betul menulis hal-hal berbau sepak bola di media sosial. Padahal kenyataannya saya pernah cukup lama menulis sepak bola di sebuah media olahraga yang memang dibayar. Waktu itu fokus saya lebih ke sejarah, alias di luar lapangan. Namun meski sudah vakum saya tak pernah benar-benar berhenti menyukai sepak bola. Saya masih seintens dulu dalam mengikuti sepak bola dan segala beritanya. Yang membedakan hanyalah sekarang tak ada lagi panggilan lensa olahraga berjalan yang disematkan ke saya.
         
Baiklah. Kita tinggalkan itu. Biarlah semua jadi sejarah, eaah.
     Bertepatan masa ramadhan di bulan April-Mei yang jadi waktu penghujung kompetisi-kompetisi sepak bola Eropa, banyak orang tak sabar menunggu siapa-siapa saja yang akan keluar sebagai yang terbaik di kompetisi tiap negara. Dan di sini saya coba memberikan sedikit prediksi tim-tim yang akan juara di liga kompetisi top Eropa.          

Ettts, tapi sabar dulu. Sebelumnya saya mohon maaf. Memang agak "brengsek" kalau harus bikin prediksi di waktu-waktu sekarang mengingat kompetisi hanya sisa beberapa pertandingan lagi. Tapi saya punya dua alasan. Pertama mengenai perubahan kondisi kompetisi semacam di Inggris, Italia dan Spanyol. Di kompetisi atau liga dari negara itu perubahan muncul dari kekuatan tim. 

im-tim tradisional langganan juara yang sempat seret prestasi perlahan bangkit. Juga susunan di tim kepelatihan dan manajemen yang banyak berubah jelas punya pengaruh tersendiri. Tak mudah memprediksi siapa yang akan juara. Alasan keduanya cukup sederhana dan mendasar, yaitu karena saya tak jago dalam memprediksi. Jangankan memprediksi hasil akhir kompetisi sepak bola, memprediksi pada perempuan siapa hati ini berlabuh saja saya kerap gagal. Ahaaai, skip skip skip. Kita mulai dari kompetisi sepak bola Inggris, atau liga Inggris, atau premiere league.
             
Di liga Inggris prediksi saya Manchester City akan keluar sebagai juara. Rasanya prediksi ini diamini juga oleh seluruh pengamat sepak bola dunia meski mereka bukan penggemar City. Kita bisa lihat papan klasemen di mana liga baru saja menyelesaikan pekan ke-33 dengan Manchester City jadi pemuncak klasemen dan punya poin 77 sementara sang rival Manchester United di posisi kedua hanya 67 poin. Jarak 10 poin. Di 5 pertandingan sisa keduanya sama-sama punya 1 big match. Apa pun hasil dari big match tersebut tidak akan mempengaruhi posisi keduanya. Kenyataan bahwa dua tim dari kota Manchester ini juga masih bertanding di kompetisi Eropa akan membuat fokus terbagi. Di sisi lain kepercayaan diri Manchester City sementara meninggi setelah baru saja memenangkan Piala Carling mereka yang keempat berturut-turut.
         
Kita menyeberang ke Liga Spanyol alias Laliga. Di sana persaingan secara matematis jelas sangat ketat. Jarak poin tiga tim teratas sangat tipis. Sedikit sulit membayangkan tim mana yang bakal juara. Namun prediksi saya Barcelona akan jadi yang teratas di akhir musim. Kalau kita lihat klasemen sementara Atletico Madrid ada di posisi satu dengan poin 73 menyusul Real Madrid dan Barcelona yang masing-masing punya poin 71. Namun situasi menguntungkan Barcelona karena punya satu pertandingan sisa sampai di pekan 33 bersama Valladolid, Granada dan Bilbao. 

Jika menang di laga sisa maka mereka akan ambil alih puncak klasemen dari Atletico Madrid. Di pekan 35 sendiri mereka juga akan bertemu Atletico, laga ini akan jadi penentu. Namun jika melihat kondisi Atletico saat ini yang nampak sulit meraih kemenangan dan lebih akrab dengan hasil imbang maka rasanya mereka masih kalah soal mentalitas dari Barcelona. Barangkali cuma pendukung Atletico Madrid lah saat ini yang berani membayangkan timnya akan juara dengan kondisi yang tidak benar-benar stabil ini. Sementara untuk Real Madrid, ya kita tahu mereka sementara dipusingkan badai cedera di skuad, isu transfer sang kapten, juga fokus yang terbagi ke Liga Champions. Ini tentu berat bagi Madrid.
           
Berikutnya kita ke Serie A atau liga Italia. Sama-sama wilayah Eropa Selatan seperti Spanyol tadi. Di sana pertandingan sudah menyelesaikan pekan ke-33 seperti di Spanyol dan Inggris. Namun ada yang berbeda dari pemandangan 10 tahun terakhir yakni Internazionale Milan jadi tim teratas. Bukan Juventus. Meski punya pelatih baru dan dihuni pemain besar macam Christiano Ronaldo nyatanya tak membuat Si Nyonya Tua (julukan Juventus) dapat mudah memenangkan kompetisi. Di sana kekuatan mulai merata. Internazionale sudah bangkit, AC Milan pun demikian. Tak ketinggalan Atalanta, Napoli dan Lazio juga kerap memberi ancaman. Situasi Juventus sejak awal memang tak mudah. Mereka sulit menemukan bentuk permainan terbaik di bawah pelatih baru Andrea Pirlo. Alhasil mereka mesti puas di peringkat 4 hingga pekan ke-33 dan tertinggal 13 poin dari Internazionale. Rasanya mudah untuk meyakini Internazionale adalah juara Serie A musim ini.
       
Selanjutnya kita menuju liga Jerman yang populer dengan sebutan Bundesliga. Di tanah Bavaria seperti biasa tim raksasa Bayern Munchen selalu tampil menjadi yang paling dominan. Sampai pekan 31 dari 36 mereka masih kukuh di urutan pertama dengan selisih 7 poin dari peringkat kedua Leipzig. Gelar juara Bundesliga bahkan sudah bisa dikunci andai kemarin tak dibekuk Mainz. Sayangnya Lewandowski dan kawan-kawan masih harus bersabar. Namun di pekan berikut hasil imbang saja sudah cukup bagi mereka untuk mengunci gelar domestik.
       
Nasib sial justru dialami Dortmund. Penantang kuat Bayern Munchen ini sepanjang musim tampil inkonsistensi. Barangkali pengaruh isu transfer sang bomber yang tak jua reda ikut membuat performa tim secara keseluruhan jeblok. Namun yang menjadi perhatian pecinta sepak bola tentu saja kenyataan degradasinya salah satu tim kuat Schalke 04 yang terjerembab di dasar klasemen kompetisi. Ini pun yang bikin saya sedikit merasa miris. Padahal Schalke 04 punya sejarah panjang di Bundesliga. Mereka pula yang melahirkan bintang-bintang besar legendaris Jerman seperti Manuel Neuer yang hingga kini masih bermain untuk Bayern.
Praktis liga Jerman diprediksi masih akan dikuasai Bayern Munchen hingga beberapa tahun ke depan.
         
Terakhir liga Prancis atau Ligue 1. Cerita lebih menarik tersaji di sana. Tim kaya raya ibu kota Paris Saint-Germain yang sedekade terakhir anteng menguasai kompetisi kali ini justru dibuat gigit jari karena hingga pekan 34 masih harus terlibat persaingan ketat perebutan gelar juara dengan tim papan atas Lille OSC yang memimpin klasemen dengan selisih satu poin (73-72).
         
Musim ini PSG seakan kekurangan tenaga. Terbukti mereka mengalami 10 kekalahan dari 34 laga Ligue 1. Pergantian pelatih di tengah musim nampaknya turut memengaruhi adaptasi strategi tim. Ditambah konsistensi Lille OSC secara luar biasa membuat mereka mesti lebih kuat berjibaku jika tak ingin gelar Ligue 1 lepas.

Satu hal yang saya yakini adalah konsentrasi PSG yang tentu terpecah dengan fokus ke liga Champions. Di sana mereka sudah ditunggu sesama tim kuat Manchester City di partai semifinal. Bukan laga yang mudah. PSG akan mengerahkan seluruh kekuatan untuk merebut tiket final. Mauricio Pochettino mungkin sedang berbohong saat mengatakan bahwa timnya akan membagi fokus yang sama antara Ligue 1 dan liga Champions. 

Namun ia tak bisa mengelak rasa penasaran yang ia bawa jauh dari London ke ibu kota Prancis itu tentang bagaimana rasanya mengangkat trofi kuping besar liga Champions. Dan masalahnya kian kompleks jika mengingat fakta unik bahwa PSG dan Mauricio Pochettino secara pribadi berturut-turut mengalami kegagalan di final liga Champions. Mauricio Pochettino gagal bersama Tottenham di final liga Champions 2019, setahun berikut giliran PSG yang gagal di final saat dikalahkan Bayern Munchen.
         
Tahun ini mereka datang ke liga Champions dengan mimpi yang sama: memenangkan gelar. PSG adalah tim yang ambisius semenjak diambil alih Nasser Al-Khelaifi. Mereka akan melakukan apa saja untuk sebuah ambisi meski itu terhitung langkah yang gila. Mereka berani mengaktifkan klausul transfer Neymar dari Barcelona bernilai fantastis yang sekaligus memicu pergeseran nilai transfer di pasar sepak bola Eropa. Mereka tentu akan melakukan semuanya untuk membawa trofi liga Champions ke Paris, meski harus mengorbankan Ligue 1.
       
Tentu tidak akan jadi masalah jika mereka kehilangan gelar Ligue 1. Namun akan memalukan tentu saja jika mereka kembali gagal membawa trofi liga Champions dengan amunisi yang bukan main hebatnya.
     
Jadi, intinya di Ligue 1 prediksi saya Lille OSC bakal keluar sebagai juaranya.
         
Terus di liga Champions ngejagoin siapa, bang? Kalau saya sih mudah-mudahan Arsenal juara Europa League.
           
________
Penulis adalah fans Arsenal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun