Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dirgahayu Kota Ambon

6 September 2019   21:01 Diperbarui: 6 September 2019   21:07 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Amboina, sebelum titik hujan yang terakhir menyentuh tanah dan membangkitkan matahari, engkau telah sunguh-sungguh lupa kepada batang-batang sagu yang tumbang, tiang-tiang jembatan yang patah, juga rumah-rumah yang sungsang." Saya mengutip kalimat ini dari satu puisi milik seseorang.

Penanggalan Masehi telah memasuki September ke-2019. Bulan ini kota Ambon akan merayakan hari ulang tahun ke-444. Usia yang 48 tahun lebih muda dari usia kota Jakarta, yang dahulu dicetuskan sebagai Batavia.

Kota Ambon punya sejarah yang panjang dan berliuk-liuk. Dimulai ketika Portugis datang di muka abad 16, tepatnya, mengutip dari beberapa sumber adalah tahun 1513. Pelan-pelan penguasa Portugis mulai bergerak leluasa, mereka membangun Benteng Kota Laha atau Ferangi yang diberi nama Nossa Senhora de Anunciada. 

Tak lama-lama Portugis mendiami Pulau Ambon dan sekitarnya, mereka dipaksa seteruh sesama Eropa untuk angkat kaki: Nederland. Saya ingat persis kakek saya dahulu sering bilang Nederland berarti tinggi laut daripada gunung. Padahal kata Nederland sendiri punya arti dataran yang rendah.

Nederland atau Belanda akhirnya menguasai Pulau Ambon dan hampir seluruh kepulauan Maluku. Benteng Nossa Senhora de Anunciada hasil rebutan dari Portugis dijadikan lokasi pusat pemerintahan kolonial. Benteng itu berubah nama menjadi Victoria. 

Pada benteng inilah tokoh pahlawan nasional, Pattimura, yang asli Maluku tewas digantung. Juga Slamet Rijadi yang tewas dalam perlawanannya terhadap RMS. 

Nama Slamet Rijadi kemudian diabadikan sebagai nama sebuah bandar yang tak jauh dari lokasi benteng. Sementara nama Pattimura diabadikan pada beberapa tempat, selain bandar udara, universitas, juga sebuah taman kota yang berada tepat di muka benteng Victoria ini: Pattimura Park.

Keharuman Pulau Ambon tercium sampai di jantung Eropa. Belanda sebagai pemenang atas perburuan pulau rempah berhasil menduduki sepenuhnya wilayah ini. Meski datang sebagai penjajah, kenyataannya orang-orang Belanda banyak yang berhasil membangun kedekatan dengan orang-orang lokal. 

Tak sekali dua kali terjadi kawin-mawin antara penduduk asli Ambon dan orang Belanda, bahkan beberapa dari mereka yang pribumi dibawa pindah hingga ke Belanda setelah menikah. Itulah mengapa banyak orang-orang Belanda yang keturunan Ambon, dari pemusik hingga pesepak bola top.

Waktu berjalan. Di abad 20 situasi kota mulai berubah. Pada tanggal 7 September 1921, masyarakat Kota Ambon diberi hak yang sama dengan Pemerintah Colonial, sebagai manifestasi hasil perjuangan Rakyat Indonesia asal Maluku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun