Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Takdir Politik Prabowo Subianto

30 Juni 2019   06:57 Diperbarui: 30 Juni 2019   07:10 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia sadar elektabilitas di 2009 tak cukup baik. Sejauh itu Prabowo memang cerdik. Lewat usaha mengusung Jokowi ke pilkada DKI itu ia punya harapan popularitas Jokowi bisa merembes padanya. Hitung-hitung sebagai tabungan menjelang pilpres di mana SBY sendiri dipastikan tak lagi ikut kontestasi.
         
Prabowo dan banyak orang tak akan ada yang berpikir bahwa Jokowi akan sukses besar seperti hari ini. Ia mana tahu Jokowi akan dua kali mengubur mimpinya jadi presiden.
     
Tuhan selalu punya jalan luar biasa. Jokowi mulus melenggang menuju kursi Gubernur DKI. Jabatan yang kemudian begitu singkat dipikulnya. Tak sampai setengah jalan ia secara meyakinkan maju di pilpres. 

Sesuatu yang membuat Prabowo terkejut luar biasa. Tidaklah ia menyangka orang yang ia usung untuk jadi gubernur itu malah menantangnya di gelanggang sebesar pilpres.
       
Prabowo tetap percaya diri. Ia punya nama besar. Sementara Jokowi bukan siapa-siapa. Ia adalah anak pahlawan sementara Jokowi anak rakyat jelata. Namun apa daya, langit di mata Prabowo masih tetap mendung. Di pilpres keduanya ia gagal lagi. Jokowi berhasil mengamankan kursi presiden ketujuh.            
     
Hari-hari berlangsung cepat. Mimpi menjadi presiden bagi Prabowo adalah mimpi suci yang mesti diwujudkan bagaimana pun caranya. Di pikirannya hanya ada Jokowi, lawan politik yang semula hanyalah ia anggap anak bawang. Jadilah selama masa penantian itu Prabowo mengisinya dengan membangun namanya. Memoles terus menerus citra dirinya. Sembari mengumpulkan kawan untuk dibawa membantunya bertarung di pilpres 2019.
             
Setelah masa kampanye yang menguras tenaga selesai, masuklah pada hari puncak. Sejak jauh-jauh hari lembaga-lembaga survei telah mempertontonkan hasil survei di mana Jokowi masih sulit dikalahkan. Tapi Prabowo tidak acuh, baginya itu hanya sebatas prediksi. Ia masih percaya kali ini Jokowi bisa diredam.
     
Hari pencoblosan berakhir, Prabowo sempat mengulang adegan legendaris di 2014: sujud syukur. Ia tak peduli quick count. Alih-alih mempercayainya, ia malah balik menuding lembaga penyedia data quick count sebagai lembaga setiran pemerintah. Ia tetap bersikukuh bahwa ia adalah pemenangnya.
             
Kini, setelah perselisihan yang melelahkan di MK berakhir. Status capres Prabowo juga berakhir. Ia adalah mantan capres dua kali dan mantan cawapres sekali. Apa pun langkah hukum yang akan ia ambil lagi nantinya tetap saja ia tak bisa mengubah apa-apa, kecuali pola pikir pendukungnya.
     
Jalan hidup manusia tak bisa diterka dengan benar. Kasus Jokowi telah memperlihatkan batapa takdir itu misteri.
         
         
Ambon, pagi ini juga.
             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun