Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prabowo yang Belum Mau Dewasa

4 Juni 2019   05:08 Diperbarui: 4 Juni 2019   05:48 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari ini dunia media sosial kita larut dalam arah yang sama tentang duka pada keluarga mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di dalamnya, ada pula kehebohan yang dibuat banyak netizen mengenai kostum Kaesang saat datang melayat jenazah Ibu Ani yang dianggap tidak sopan dan jauh dari adab kesantunan pelayat. 

Kaesang yang adalah anak presiden itu dituding telah menyalahi tata krama berbusana. Dengan bermodalkan jeans dan kaos berlengan panjang lelaki yang juga adalah penjual pisang itu datang sebagai rasa ikut berbelasungkawa ke keluarga SBY. Ia datang sebagaimana pelayat lainnya. Ikut antre, masuk dengan tertib, menyalami SBY, Agus hingga Ibas.

Banyak netizen yang geram gara-gara kostum Kaesang itu. Banyak pula yang memuji sikapnya ketika melayat dan lalu membandingkannya dengan gaya Sandiaga Uno ketika melayati satu kedukaan hanya dengan pakaian olahraga. Tampilan Kaesang disebut jauh lebih beretika daripada lawan politik ayahnya itu. Netizen dari satu mazhab saja yang coba mempersoalkan itu di balik duka keluarga SBY.

Netizen di pihak itu malah pura-pura lupa ada tokoh idola tak datang di hari duka besar itu. Iya, Prabowo dan Sandiaga tak tampak batang hidungnya semenjak di NUH, Cikeas sampai Kalibata di hari tepat berkabung. Dan apapun alasannya, hal itu tentu akan mengundang pro kontra, baik di pihak keduanya maupun di pihak yang kontra pada keduanya.

Di hari kedua duka keluarga SBY atas berpulangnya Ibu Ani, Prabowo pun datang. Ia juga baru tiba dari perjalanan Eropa beberapa hari belakangan. Setelah dianggap menghilangkan diri, pendukung Prabowo masih tetap memberikan segala pembelaan, sampai puncaknya ketika Prabowo dengan gagahnya datang meleyati kediaman SBY, para pendukung setianya menganggap tindakan Prabowo sebagai perwujudan dari sikap kesatria seorang jenderal.

Para pendukung mengeluh-eluhkannya sembari melakukan serangkaian serangan secara kesetanan di media sosial pada salah seorang putra dari lawan politik paling sengit Prabowo. Memang, segala hal yang berhubungan atau berbau lawan politik Prabowo akan diterjang kritikan panas di arena media sosial tanah air. Siapa pun tokoh itu, terlebih lagi Kaesang.

Sikap sebagian netizen kita yang suka membully semakin memperparah situasi. Tapi untunglah, anak bungsu presiden itu adalah tipikal manusia yang riang. Alih-alih balik menghujat dengan sokongan nama besar ayahnya, ia malah meminta maaf atas kostumnya itu. Dan sekali lagi khalayak dibikin terdiam oleh bius sikap ciamik anak muda penjual pisang.

Prabowo Datang Melayat di Kediaman SBY
Saat Prabowo datang tepat di kediaman keluarga SBY dan Ibu Ani, para pendukung pun mengawalnya. Di media sosial, berbagai postingan muncul sebagai bentuk puja-puji tindakan Prabowo. Dan dengan gaya andalannya, lelaki yang sudah tiga kali ikut gelanggang pilpres itu memasuki kediaman SBY, mengucap belasungkawa, berbincang-bincang santai lalu muncul di hadapan wartawan media mengatakan satu-dua hal.

Di belakang Prabowo ada Hatta Rajasa dan SBY serta beberapa tokoh lain. Wartawan mulai menyodorkan beberapa pertanyaan perihal kesan-kesan Prabowo terhadap Ibu Ani semenjak hidupnya. Di awal, Prabowo mengungkapkan bahwa ia telah lama mengenali keluarga Ibu Ani karena kebetulan Prabowo yang kala itu berdinas di militer adalah anak buah dari Sarwo Edhie Wibowo yang merupakan ayah Ibu Ani. Prabowo kemudian memuji sikap Ibu Ani. "Saya kira Beliau istri yang sangat mendukung suami, cerdas, loyal," kata Prabowo.

Di tengah jalan Prabowo mulai tidak keruan. Bicaranya malah terkesan belingsatan. "Dan sangat cerdas sangat loyal, saya kira demikian, saya juga diberitahu ibu Ani mendukung saya, memilih saya 2014 dan 2019 milih saya, saya merasa saya dapat merasakan pak SBY saat ini," Prabowo menambah ucapannya yang juga sebagai penutup. Ia lagi-lagi seperti lupa diri, lupa pula situasi. SBY yang berada tepat di belakangnya langsung menunjukkan gestur tubuh yang lain. Ia melipat tangan lalu menunggu salam pamit Prabowo.
       
Kita memang tidak bisa membaca warna hati SBY. Tapi gestur macam itu adalah alarm yang tak seperti biasanya ia tunjukkan. SBY boleh jadi agak geram dengan ucapan Prabowo. Itu dibuktikan dengan konferensi pers lanjutan darinya yang keberatan dengan kata-kata Prabowo sebelumnya. "Satu saja teman-teman, statment pak Prabowo yang kaitannya dengan politik yah tentang ibu Ani, please tidak disampaikan," kata SBY soal pernyataan Prabowo Subianto.
       
SBY tampak gusar. Barangkali tak habis pikir dirinya akan apa yang akan dikatakan Prabowo di awal tadi. Mungkin juga merasa heran. SBY lalu menutup bicaranya, "Ini hari yang penuh ujian bagi saya, ibu Ani jangan dikaitkan dengan politik, please saya mohon statment pak Prabowo milih apa-milih apa itu tidak elok untuk disampaikan, saya mohon itu saja, tolong mengerti perasaan kami yang berduka, ibu Ani yang baru saja berpulang beliau tidak ingin dikaitkan dengan politik apapun."

Prabowo yang Menolak Dewasa
Manusia bisa dewasa gara-gara satu pelajaran yang didapat di satu pengalaman berharga dalam sebuah kejadian. Atau paling tidak dua-tiga kejadian sudah cukup menjadi guru. Orang-orang yang belajar adalah orang yang mau menelaah kekeliruan untuk bahan pembenahan. Begitu pula orang bijak, cukuplah sedikit kekeliruan untuk mengantar pada jalan pendewasaan. Begitu kira-kira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun