Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Facebook Hari Ini dan Dampak-dampaknya

22 April 2019   05:20 Diperbarui: 22 April 2019   05:23 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: flaticon.com

Hari ini saya memasang foto profil Facebook dengan gambar logo Facebook berwarna hitam. Tak seperti yang biasanya berwarna biru. Gambar itu saya comot dari sebuah situs di internet semalam. Ada banyak sekali alasan kenapa saya bikin begitu. Paling sederhananya bahwa Facebook hari ini memang sudah banyak berubah semenjak pertama kali muncul. Ada sangat banyak perubahan dari Facebook baik itu yang memang diinisiasi oleh Facebook sendiri maupun yang di luar kendali pihak Facebook.
           
Sebagai anak kampung yang tinggal di timur negeri, saya baru bisa punya akun Facebook di tahun 2010, saat masih SMP. Jangan kira kala itu saya sudah punya ponsel. Saya bisa mengakses Facebook melalui jasa warnet. Itu pun sebulan sekali saat sedang pergi ke kota. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya mau bikin status atau sekadar unggah swafoto bersama pacar di dunia maya kalau untuk melakukannya pun harus ke kota dulu. Ponsel pun seingat saya masih menggunakan sistem Java Jar ber-OS symbian.
             
Tapi tunggu dulu. Jangan meremehkan masa itu. Di masa itu ber-Facebook merupakan sesuatu yang menyenangkan, tidak menyesakkan seperti hari ini. 

Facebook belum dilengkapi fitur-fitur luar biasa macam hari ini. Aksesnya pun masih gratisan. Dan kebanyakan pengguna masih apa adanya. Terlebih bagi saya yang tinggal di kampung yang waktu itu belum banyak juga pengguna karena informasi mengenai Facebook yang amat kurang, menggunakan Facebook adalah sesuatu yang keren rasanya. 

Di situ saya bisa berinteraksi dengan orang-orang di luar. Belum ada komentar-komentar merendahkan yang bisa tiba-tiba masuk di profil melalui notifikasi. Yang ada hanyalah keramahan dengan salam sapa dari satu pengguna ke pengguna lain. Belum ada foto-foto editan khas Adobe Photoshop yang dimaksudkan untuk memicu keributan. 

Belum ada pakar-pakar dadakan yang sok pintar membicarakan satu topik yang sebenarnya bukanlah bidang keahliannya. Saban hari semua berjalan baik-baik saja. Apa adanya. Facebook menjadi dunia yang menggairahkan sejujurnya kala itu. Bisa tanya mereka yang mengalaminya.
         
Sampailah pada hari ini. Tahun-tahun yang berganti rupa-rupanya bukan saja mengubah status pendidikan seseorang tetapi sudah ikut menggerus banyak sekali kesenangan di masa itu. 

Dunia berpacu dengan kemajuan teknologi. Ponsel pintar bermesin android dan iOS merangsek pasaran. Perusahaan-perusahaan media sosial berbenah dengan kecanggihan fitur-fitur untuk bersaing dengan yang lain. 

Ditambah carut marutnya kondisi politik dunia, semua sudah benar-benar mengubah kondisi. Jika dulu kita sering melihat cerita orang-orang yang saling berkenalan lewat Facebook hingga menjalin cinta dan menikah, sekarang malah sebaliknya. 

Orang-orang yang sudah saling kenal bisa saling bertikai hanya gara-gara masalah komentar di Facebook dan berujung saling menikam kemudian. Facebook seperti berganti peran. Kita menyaksikan itu semua dengan dada kosong dan pikiran yang kebingungan. Kita baru menyadarinya di waktu-waktu tertentu saja.

Saat Facebook masih sesederhana dulu dan aplikasi berfoto yang canggih belum bermunculan, segala yang ada di Facebook tak ubahnya kejujuran. Yang cantik akan tetap cantik saat mengunggah foto, yang gelap kulitnya akan tetap gelap. 

Yang gemuk akan tetap gemuk, begitu pun yang kurus. Yang tak tampan akan tetap tak tampan, dan yang sudah tampan sejak awal tidak akan bertambah ketampanannya pada foto unggahan Facebook. Mahfum saja, aplikasi berfoto belum bisa banyak membantu.

Sekarang cerita sudah bersalin rupa. Play Store hadir sebagai solusi kebuntuan untuk mempercantik diri di dunia maya melalui banyak sekali aplikasi edit foto yang dijajar di dalamnya. Akibatnya, muncul berbagai penipuan. Yang gelap kulitnya sudah tiba-tiba terang cemerlang saat fotonya disebar di media sosial. 

Yang kasar kulit wajahnya bisa tiba-tiba halus bak putri kerajaan Inggris saat terlihat di foto. Ini tentu saja memicu kekecewaan bagi yang menjadi korban. Saya malah juga pernah jadi korban yang beginian.
           
Tak berhenti di situ saja. Seperti kita saksikan, Facebook hari ini disulap banyak orang menjadi arena perdebatan mengenai isu politik maupun isu-isu besar lainnya yang kerap berujung ribut-ribut tak jelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun