Saya tidak bicara khusus pada perpolitikan yang saat ini suhu udaranya mulai menghangat walau 2024 masih dua tahun lagi, akan tetapi dalam tulisan ini saya bicara secara universal tentang regenerasi. Regenerasi menurut kamus bahasa Indonesia mempunyai makna pembaruan semangat dalam kontek kepemimpinan bisa dikatakan pembaruan pimpinan yang muda.
Bagaimana regenerasi kepemimpinan yang benar ?
Ada sebuah pemandangan menarik saat habis sahur sholat shubuh berjalan keliling sawah untuk menghirup udara segar. Pada sekitar jam 05.30 wib terlihat ibu-ibu petani mulai menanam padi dibantu oleh petani laki-laki lainnya bagian pengangkatan bibit padi.
Pada proses penanaman bibit padi dengan cara manual menancapkan bibit pada tanah gembur lahan sawah, mereka berjalan mundur, sehingga bibit padi yang telah ditanam tidak terinjak oleh kaki mereka, akan berbeda jika mereka menanam padi dengan cara berjalan maju maka bibit padi akan rusak.
Regenerasi dalam proses penanaman padi tersebut terlihat ibu-ibu petani yang rata-rata berusia tua harus berjalan mundur. Hal semacam ini dapat kita jumpai pada saat ibadah sholat berjamaah yang dipimpin seorang imam. Jika seorang imam batal atau tidak bisa melanjutkan mengimami maka sang imam yang batal tersebut berjalan mundur untuk digantikan oleh makmum dibelakangnya.
Akan tetapi dalam proses regenerasi kepemimpinan sebuah perusahaan, organisasi, lembaga pendidikan, hingga pimpinan negara dilakukan secara gradual.
Seorang pemilik perusahaan akan menyerahkan kepemimpinan perusahaannya kepada anaknya, dengan mundur sebagai pimpinan, namun dalam proses pengelolaannya masih memberikan masukan atau nasehat. Akan sangat mudah regenerasi kepimpinan sebuah perusahaan yang didirikan dan dimiliki seseorang, namun kondisi akan berbeda jauh jikalau regenerasi kepemimpinan di bidang politik.
Balas jasa, komitmen koalisi, bergaining adalah kendala-kendala yang dihadapi dalam proses regenerasi yang benar. Sehingga pemimpin terpilih terbelenggu oleh faktor-faktor tersebut, orang-orang yang menginginkan regenerasi kepemimpinan justeru malah mempunyai wewenang lebih besar dari pemimpin hasil regenerasi. Sehingga pemimpin terpilih hanya simbolis regenerasi saja, sedangkan wewenang dan kebijakan dipegang oleh orang-orangtua pengusung regenerasi yang tak mau mundur karena telah merasa berkorban.
Regenerasi semacam ini akan membuat sebuah organisasi, lembaga, perusahaan atau sebuah negara mengalami stagnan dan kemunduran sebab generasi-generasi penerus yang mereka siapkan dirusak sendiri karena dalam proses penanaman generasi mereka berjalan maju tak mau mundur selayaknya petani menanam bibit padi dengan cara mundur.
Dalam ayat-ayat Tuhan bukan hanya melalui firman-Nya yang tercantum dalam kitab suci, namun ada ayat-ayat yang tersirat melalui ciptaan-Nya dan perilaku manusia yang dapat kita ambil hikmahnya dalam menjalankan kehidupan ini.