Mohon tunggu...
Id.Djoen
Id.Djoen Mohon Tunggu... Wiraswasta - ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”

Anak Bangsa Yang Ikut Peduli Pada Ibu Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Regenerasi Petani dengan Hidupkan SPMA

7 Mei 2019   15:41 Diperbarui: 7 Mei 2019   16:04 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panggil saja namanya Paijo, saat saya temui disawah sedang membawa seonggok padi dari tengah sawah untuk dikumpulkan ditepi jalanan dekat sawah dan dimasukkan ke mesin perontok padi.

Pak Paijo termasuk petani cukup muda dari usia-usia petani dilingkungannya, berdalih hanya lulusan SMP sulit mencari kerja di industri akhirnya bertani. Selain bertani pak Paijo juga memiliki 4 ekor sapi bantuan pemerintah untuk dipelihara, sambil menunggu hasil panen padi, palawija dari lahan sawah yang dikelola, pak Paijo juga berprofesi sebagai kuli bangunan untuk memperlancar ekonomi keluarga.

' Piye pak lik hasil parine sae opo ora, opo ora dipangan tikus ? " tanyaku dalam bahasa jawa yang artinya ( Bagaimana pak Paijo hasil panen padinya, apa tidak dimakan tikus ?)

'" ALhamdullillah sae cak, amergo dewi Sri ga moring-moring yo ora dipangan tikus " jawab belaiu ( Alhamdulillah Mas bagus hasilnya, sebab Dewi Sri tidak marah-marah jadi tikus tidak menyerang )

Ada yang menarik dari jawaban pak Paijo yaitu kalimat "amergo dewi Sri ga moring-moring yo ora dipangan tikus (sebab Dewi Sri tidak marah-marah jadi tikus tidak menyerang ), kalau kita pahami pak Paijo bilang hama tikus tidak menyerang karena Dewi Sri tidak marah. Seperti kita ketahui Dewi Sri adalah mitos seorang Dewi Padi.

Pemahaman pak Paijo ini menggambarkan bahwa masih minimnya pengetahuan petani tentang hama, mereka mengolah dan mengelola dari masa tanam hingga panen berdasar pengalaman dan kebiasaan turun temurun.

Untuk itu kalau mau regenerasi petani maka perlu dibutuhkan bekal ilmu pertanian yang mumpuni sesuai perkembangan jaman dan tknologi yang semakin maju. Ilmu-ilmu tersebut dapat diperoleh melalui lembaga pendidikan salah satunya menghidupkan kembali SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas). Sekolah pertanian yang pernah ada dimasa orde baru ini berdasar sejarah :

SPMA didirikan pertama kali di Indonesia pada tahun 1903 bertempat di Bogor. 

Lulusan-lulusan SPMA yang dididik Belanda dengan cara yang cermat banyak menempati posisi penting dalam perusahaan perkebunan, pertanian yang produknya diorientasikan untuk bahan baku industri seperti gula, kopi, cengkeh, tembakau dan kakao. Saat itu Belanda lebih banyak melakukan intensifikasi pada komoditi perkebunan mungkin ada hubungannya dengan kebutuhan industri di negaranya atau di Eropa.

Memasuki masa kemerdekaan, SPMA masih ada dan terus menghasiikan lulusan yang tangguh masuk di lembaga pemerintah bidang pertanian, di perkebunan dan sebagai petani-petani maju. Banyak pejabat di kementerian pertanian di awal kemerdekaan hingga tahun 70-an adalah lulusan SPMA.Namun karenag ejolak politik antara 1945 hingga 1960-an terus berlangsung, pembangunan pertanian tidak ditangani serius, sehingga puncaknya pada tahun 1960 -- 1965 terjadi bencana kelaparan yang hebat.

Baru setelah memasuki masa Orde Baru, pembangunan pertanian digarap serius melalui program Demas, Bimas, Inmas dan Insus untuk berbagai komoditi penting. Untuk mendukung pembangunan pertanian yang focus pada intensifikasi tanaman pangan itu, pemerintah menyiapkan tenaga menengah kejurian pertanian yang jumlahnya cukup, untuk mendampingi petani di pedesaan. Maka dipilihlah SPMA sebagai tempat mempersiapkan tenaga menengah pertanian itu. Ada SPMA Negri di setiap provinsi, dan banyak SPMA Swasta hampir di setiap kabupaten sangat bagus.

Sumber Kutipan: old.presidentpost.id

Menghidupkan kembali SPMA bukan berarti atau tak harus mendirikan lembaga pendidikan SPMA, namun dengan mengenalkan pendidikan dasar pertanian sejak dini dari mulai SD hingga SMP. Hingga puncaknya ditingkat SMK dibuat kejuruan Pertanian yang meliputi :

Ekonomi Pertanian

Teknologi Pertanian

Dan lain-lain

Berdasar data bahwa banyak lulusan SMK yang saat ini ada tidak tertampung industri/perusahaan sehingga banyak lulusan SMK yang menganggur, ini berdasar kutipan berita :

"Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, lulusan sekolah menengah kejuruan ( SMK) menjadi penyumbang tertinggi tingkat pengangguran terbuka di Indonesia. Angkanya mencapai 11,24 persen per Agustus 2018."

Sumber: Kompas.com

Jurusan-jurusan di SMK yang selama ini ada ternyata masih juga belum mampu tertampung disektor industri. Disini celah untuk menghidupkan kembali SPMA dengan marger atau membuat jurusan bidang pertanian yang saya sebut diatas.

Dengan bekal ilmu pertanian yang mumpuni maka regenerasi petani unggul akan tercipta sehingga nantinya para anak muda tidak enggan lagi bertani sebab profesi mereka diakui oleh lembaga pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun