Buat apa sih menonton film prekuel? Kagak ada gunanya kembali ke masa lalu. Bukannya sebaiknya film itu alurnya maju, bukan malah mundur. Penggemar Harry Potter memang agak terbelah dengan kehadiran film Fantastic Beasts yang direncanakan dibuat saga. Film prekuel memang penting tidak penting. Tapi jika ingin dapat gambaran utuh semesta Harry Potter sebaiknya sih tetap menonton.
Ini kali pertama ane menonton dengan format ScreenX di CGV Grand Indonesia. Format ini menggunakan teknologi proyeksi sehingga layarnya seolah-olah ada tiga, membentuk 270 derajat.
Nggak malah pusing ya nontonnya, lihat kiri kanan dan depan? Eh nggak juga, malah seru karena ketika menonton rasanya penonton ikut ada di tengah-tengahnya. Ada sensasi terasa eksis di film itu ketika menonton Fantastic Beasts 2 dengan format ini. Tentunya tak semua adegan menggunakan 270 derajat, utamanya ke adegan-adegan yang sifatnya panoramik.
Kalau masih bingung apakah film Fantastic Beast: The Crimes of Grindelwald perlu ditonton atau tidak, ane bakal menyarankan untuk perlu menontonnya. Apalagi tidak semua penggemar Harry Potter membaca novelnya, ane juga kagak.
Kalian mungkin ingin tahu siapa sih musuh terbesar di dunia sihir selain Voldemort? Di sini Kalian juga bisa dapat gambaran tentang Albus Dumbledore (Jude Law) waktu masih muda. Ganteng juga mudanya. Kalian juga dapat lebih banyak informasi tentang penulis buku Fantastic Beasts yang kemudian ilmunya menurun ke Hagrid. Di film ini juga bakalan banyak hewan-hewan ajaib yang menggemaskan maupun yang buas.
Cerita film ini merupakan kelanjutan dari film Fantastic Beasts yang dirilis dua tahun lalu. Penjahat besar bernama Grindelwald (Johnny Depp) berhasil kabur berkat bantuan kaki tangannya.
Di Paris ia kemudian membuat pasukan penyihir untuk menonjolkan darah murni. Ia memburu Credence (Ezra Miller), penyihir potensial yang diduga berdarah murni. Di Paris Credence sedang mencari asal usulnya.
Kementerian Penyihir London berupaya mencegah pertemuan itu. Dumbledore menugaskan mantan muridnya, Newt Scamander (Eddie Redmayne) untuk membantu mencari Credence dan menghentikan Grindelwald. Awalnya Newt enggan, tapi karena perempuan yang disukainya, Tina (Katherine Waterston) terancam bahaya, mau tak mau ia pun terlibat.
Ceritanya memang agak datar. Selama dua jam lebih penonton diajak berkenalan dengan banyak tokoh yang sayangnya kurang membuat bersimpati dan elemen-elemennya kurang penting di film. Tidak banyak laganya. Ya mungkin karena baru film kedua dari enam film yang direncanakan.
Sampai akhir film ane tidak tahu siapa penyihir cantik tangan kanannya Grindelwald. Pengkhianat dan kaki tangan Grindelwald yang membantunya meloloskan diri juga tidak dijelaskan. Nagini yang heboh di Indonesia juga perannya di sini hanya kecil dan kurang penting. Begitu pula dengan Newt yang di film pertama berhasil mengalahkan Grindelwald di sini kurang terlihat aksinya.
Filmnya agak datar dan pertarungannya secuil. Kehadiran hewan-hewan fantasi seperti hewan yang mirip platypus lucu, hewan yang mirip ranting pohon dan hewan seperti naga itu termasuk yang menyelamatkan cerita  Untunglah lagi ane menonton dengan format yang keren sehingga masih menikmati film ini. Skornya 7,5/10 deh.
