Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiket Masuk Borobudur Rp 750.000,- Masih Murah

7 Juni 2022   11:28 Diperbarui: 7 Juni 2022   11:31 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tanjung Barat, Jakarta Selatan | Khabar bahwa tiket masuk (bukan kawasan terbuka, tapi untuk naik) ke Borobudur (akan) menjadi Rp. 750.000.- per orang, membuat wisatawan (domestik dan mancanegara), operator dan agen perjalanan wisata, dan lain-lain, "terkaget-kaget." Penyebabnya, harga segitu, dinilai sangat tinggi untuk ukuran Orang Indonesia "kelas bawah," murid, pelajar, siswa, dan mahasiswa studi tour, serta kaum awani lainnya.

Apa mau dikata, publik harus menerimanya sebagai suatu konsekwensi jika mengunjungi salah satu World Heritage di Indonesia itu. Menurut saya, kenaikan tersebut, "Baguslah!" 

Tak perlu protes. Karena, Borobudur (dan juga Prambanan) perlu mendapat perlakuan khusus. Perlakuan khusus itu, suatu keharusan, karena Candi-candi tersebut, pada mulanya adalah tempat ibadah atau dibangun dengan tujuan edukasi, penyembahan, dan ritus; bukan taman kota, istana, taman untuk rekreasi.

Menolak Lupa

Pada Mei 2016, ada Konferensi Buddha Internasional di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Saat itu, berkumpul para pemuka dan rohaniawan Budha (Mahayana dan Hinayana, serta mazhab-mazhab lainnya) dari seluruh dunia. Dalan konfrensi tersebut, muncul kesepakan bersama bahwa

  1. Menjaga kesakralan atau kekudusan Candi Borobudur sebagai tempat Ibadah atau ritus "hanya" umat Buddha
  2. Perlu penataan agar pengunjung (yang bukan bertujuan ibadah) tidak seenaknya naik ke dinding, bahkan memanjat mandala suci
  3. Kawasan Candi juga harus bersih dari iklan dengan gambar seronok, minuman keras, dan sebagainya karena tidak mencerminkan penghormatan terhadap religiusitas umat dan tempat ibadah
  4. Candi Borobudur tetap menjadi milik bersama, sumber kajian limu, budaya, dan sebagainya, serta cakrawala religius
  5. Candi Borobudur menjadi living monument, inspirasi bagi seluruh masyarakat, dari segi keilmuan untuk melahirkan karya baru yang nantinya akan menuai kebesaran seperti kebesaran Candi Borobudur

###

Semoga "Menolak Lupa" di atas, membuat kita, anda, dan saya paham. Tapi, itulah mayoritas Orang Indonesia, lebih banyak tak mau tahu daripada pahami. Prihatin.

Saya beberapa kali mengunjungi Borobudur, setelah pertama kali ke sana pada tahun 1978, sekian puluh tahun lalu. Jujur saja, perilaku pengunjung masih sama: seenaknya naik ke stupa-stupa suci, sembarangan membuang puntung rokok dan sampah, tak sedikit yang berpakaian minim, serta kissing dan gulat bibir di area sempit, bising dan mengganggu rahib Budha yang sementara melakukan ritus; dan masih banyak lainnya.

Semuanya itu, jelas bahwa pengunjung hanya menilai Candi Borobudur sebagai tempat wisata (doanks). Mereka "pura-pura atau tidak tahu" bahwa Borobudur juga merupakan area penyembahan umat Budha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun