Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penanganan terhadap Korban Covid-19 Non-Kesehatan

24 Juni 2021   12:24 Diperbarui: 24 Juni 2021   18:21 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Villa Kota Bunga A, Cianjur Jawa Barat | Di Indonesia, ya Negeri Tercinta, sejak Pasien  01 Covid-19 hingga ke sekian pada hari ini, entah sudah berapa banyak yang sembuh serta pindah ke Alam Baka.

Mereka semua, (i) yang sembuh, kembali ke hidup dan kehidupan semula: aktif, bersosialisasi, 'jadi dekat Tuhan,' dan giat pada kegiatan karitas (terutama nyumbang plasma darah), dan lain-lain, (ii) yang tak sembuh: dihantar ke alam lain dalam kesendirian, sepi, menyisakan tangisan, dan airmata, serta sejumlah luka-luka batin yang lama sembuh.

Namun, di balik semuanya itu, masih ada puluhan juta, mungkin saja lebih dari seratus juta Manusia Indonesia yang menjadi korban tak langsung dari Covid-19. Mereka, sejak 21 Maret 2020, saya sebut sebagai Korban Convid-19 Non-Kesehatan.

Mereka adalah, bukan ASN, Anggota TNI/Polri, Politisi. Melainkan teman-teman kecil yang berprofesi sebagai tukang parkir (legal dan ilegal), pemungut barang bekas, driver ojeg online dan pangkalan, sopir angkot dan sebagainya; mereka setiap hari mendapat rezeki dari mobilitas masyarakat.

Mereka adalah orang-orang yang menjadi korban ikutan dari Convid-19; sebut saja sebagai Korban Convid-19 Non-Kesehatan. Korban Non-Kesehatan tersebut bisa mencapai ribuan kali lipat dari yang positip dan meninggal karena Convid-19. 

Bayangkan, jika tak ada pergerakan orang; maka teman-teman kecil atau Korban Convid-19 Non-Kesehatan tersebut tidak mempunyai apa pun agar bisa membeli makanan untuk dirinya dan keluarga. Jika itu terjadi, maka hanya ada dua kemungkinan, yaitu mati kelaparan dan penjarahan besar-besaran.

(Note: Jika mereka yang terpapar Convid-19 dirawat, diobati, diperhatikan secara intensif; tapi bagaimana dengan jutaan orang Korban Convid-19 Non-Kesehatan?)

Korupsi pada Penanganan Korban Convid-19 Non-Kesehatan

Harus, kita, anda, saya, akui bahwa pemerintah telah hadi dan berbuat untuk Korban Convid-19 Non-Kesehatan. Mungkin saja telah mencapai puluhan juta orang, walau belum paripurna, holistik, serta menjangkau semua.

Sayangnya, semua yang dilakukan pemerintah untuk Korban Convid-19 Non-Kesehatan diikuti, disertai, dibungkus, dengan tindak amoral para pengelolanya, yaitu korupsi. Korupsi, dan juga kolusi serta nepotisme, bansos terhadap Korban Convid-19 Non-Kesehatan begitu masif, dari tingkat Menteri, Politisi, hingga RW/RT.

Fakta di lapangan, sudah bukan rahasia, bahwa (i) terjadi pemilahan pada komunitas yang mendapat bansos; mereka yang seharusnya dapat, justru terabaikan, (ii) maktris bantuan yang jauh dari program pemerintah, (iii) terjadi sunat atau pemotongan jumlah atau besaran bantuan yang diterima, (iv) dan sejumlah sikon keprihatinan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun