Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

"On Eternal Patrol," Tidak Ada Kapal Selam yang Tenggelam dan Hilang

25 April 2021   16:14 Diperbarui: 25 April 2021   16:38 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan-catatan Awal

Kapal Selam

Kapal Selam adalah kapal yang bergerak di bawah permukaan air. Umumnya Kapal Selam digunakan untuk kepentingan militer, dan ilmu pengetahuan, bahkan rekreasi bawah laut.

Adalah Cornelis Jacobszoon Drebbel (1572-1633, ilmuwan, seniman, insinyur, dan penemu, lahir di Alkmaar, Belanda dan meninggal di London, Inggris) tercatat sebagai perancang pertam kapal selam atau dapat berjalan/berlayar di bawah permukaan laut.

Rancangbangun Drebbel itu dikembangkan oleh David Bushnell (AS) pada era perang kemerdekaan AS. Selanjutnya Robert Fulton (AS) membangun kapal sejenis dan diberi nama Nautilus.

Tapi, Jerman termasuk negara pertama di dunia yang membuat banyak kapal selam untuk tujuan pertempuran di laut. Faktanya, pada waktu Perang Dunia I, kapal selam milik AL Jerman menjadi 'monster laut' yang menenggelamkan puluhan kapal perang Sekutu.


Tentang Wira Ananta Rudira

Indonesia, sebagai Negara Kepulauan, TNI AL telah memiliki Kapal Selam sejak tahun 1950an. Bahkan memiliki Sekolah Kapal Selam sejak 1959. Sekolah ini khusus mendidik dan melatih kelasi, bintara, perwira yang (akan) bertugas di/dalam Kapal Selam.

Ketika itu, 1959, Laksma TNI TNI AL R P Poernomo sebagai Komandan Sekolah Kapal Selam mengusulkan Wira Ananta Rudira atau Tabah Sampai Akhir sebagai motto Korps Kapal Selam; dan resmi dipakai sejak 16 Maret 1961.

Itu bermakna bahwa (setiap personil) Korps Kapal Selam Indonesia memilik jiwa Wira Ananta Rudira atau Tabah Sampai Akhir; yang di dalamnya terkandung makna

  • Tidak akan takut karena berani
  • Tidak akan menyerah karena ulet
  • Tidak akan terburu-buru karena sabar
  • Tidak akan kehilangan karena tenang
  • Tidak akan mundur karena teguh

Tentang On Eternal Patrol

Sejak manusia membuat Kapal ('berjalan' di atas air disebut kapal; di udara, disebut kapal terbang; di bawah air, disebut kapal selam), hasil karya itu difungsikan untuk banyak hal, termasuk Kapal Selam.

Tetapi, Kapal Selam pada awalnya dibuat hanya untuk kepentingan perang atau militer, khususnya pertempuran di laut atau pun tugas kemiliteran lainnya.

Pada fungsi seperti itu, Kapal Selam berhadapan dengan berbagai 'ancaman,' bom dari musuh, arus bawah laut, tekanan udara, menabrak gunung di bawah laut, terperosok ke dalam palung,  bahkan kerusakan sistem sehingga tak mampu naik ke permukaan laut. Dan, ketika Kapal Selam (dan segenap ABK di dalamnya) pulang atau kembali ke Pelabuhan Markas, mereka disambut dengan gempita.

Namun, ketika Kapal Selam, yang bertugas itu, tidak kembali, hilang, atau dan tak berhasil pulang ke pelabuhan dengan selamat, maka mereka tetap 'disambut' dengan tambahan 'On Eternal Patrol." Dimaknai sebagai 'terus menerus melakukan tugas hingga keabadian;' mereka terus menerus patroli sehingga berakhirnya era atau durasi waktu, masa, dan zaman.


Opa Jappy dari Berbagai Sumber

Dokumentasi Armabar
Dokumentasi Armabar
Sleman, Jogyakarta | Jauh sebelum Masehi, manusia sudah mengenal dan membuat wahana yang bisa 'berjalan' di atas air (dan memuat banyak orang serta barang) yang disebut kapal, perahu, atau pun bahtera. Pada konteks membuat kapal tersebut, Nabi Nuh pun diimani sebagai orang pertama yang membangun kapal dengan ukuran raksasa. Sedangkan, Cornelis Jacobszoon Drebbel terpatri sebagai peletak pertama gagasan dan rancangbangun kapal selam.

Kapal, dari kayu maupun logam, kini telah berkembang untuk berbagai fungsi, tipe, dan kegunaan. Bahkan, ada kapal raksasa bagaikan markas militer ataupun kota berlayar. Demikian juga Kapal Selam, mulai dari yang terbungkus kulit, sepeti masa Drebbel, hingga sekarang berbalut logam keras yang tahan goncangan.

Kapal Selam pun tak lagi untuk kepentingan perang atau militer, tapi sudah menjadi bagian dari kegiatan lainnya. Misalnya, hiburan, rekreasi, survei, serta pengembangan ilmu pengetahuan. Walau seperti itu, sistem dan mekanisme kerja semua kapal selam nyaris sama, seperti ketersediaan oksigen, bak penampungan air untuk 'turun' dan 'naik' dari/ke permukaan laut, instrumen navigasi yang mudah melihat dan terhubung keluar walau sementara dalam laut.

Nah. Jika sistem atau pun mekanisme tersebut terganggu atau gagal berfungsi, pada durasi waktu lama dan melewati ambang batas tertentu, maka walau Kapal Selam terbuat dari logam terkuat serta canggih, maka (akan) mengalami berbagai hambatan, bahkan bahaya. 

Katakanlah, gagalnya pompa air pada/di bak penampungan air, sehingga kapal tak bisa naik; jika melewati batas ketersediaan oksigen di/dalam kapal, maka anda sudah tahu akibatnya. Apalagi, jika ditambah, gagalnya perlengkapan komunikasi sehingga tak bisa kontak ke darat. Yang tersisa adalah tragedi.

Jelas, begitu riskannya mengoperasi Kapal Selam; belum lagi sejumlah prosedur tetap dan baku, yang harus diikuti serta ditaati awak kapal selam, apalagi untuk keperluan militer.

Dengan demikian, jika ada Kapal Selam 'tak bisa naik' dan tetap di bawah permukaan laut, maka itu bukan akibat hal-hal sepele dan sederhana, melainkan telah terjadi sesuatu yang ekstrim serta mengganggu semuanya. Mungkin saja, itulah yang terjadi pada/di KRI Nanggala 402.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun