Purwokerto, Jawa Tengah | Anda pernah menerima salam dari saya seperti ini?
Saya tak pernah lelah;
Saya tak pernah berhenti karena kelelahan
Saya hanya bisa berhenti jika tugasku selesai
dan, ternyata, Tugasku tak pernah selesai.
Ya, seperti itulah yang selalu ku tanam dan benamkan ke dalam hati serta hidup dan kehidupan banyak orang, ternasuk dirimu (saya) yang sedang baca.
Anda (yang sedang baca) sudah tahu arah frasa "Jangan Lelah karena Mereka Tak Pernah Kelelahan" ini? Semoga.
Mari, kita lanjutkan; sambil membiarkan dirimu terbang dengan pikiran imajinatif ke banyak arah, sambil bertanya, "Sudah Cukupkah Kulakukan untuk Negeri dan Semuanya?"
Memang, dirimu dan diriku, tak pernah lelah untuk orang-orang yang disebut suami, isteri, anak, keluarga, atau mereka yang dicintai dan disayangi. Tepat, wajib, dan suatu keharusan.
Tapi, ini ada tapi dan tetapinya. Jika lelah dan kelelahan tersebut, bukan untuk mereka yang disebut diatas, termasuk untuk Bangsa dan Negara. Ada dan bisakah?
Jawabannya, beragam; dan sambil menyusun orasi serta narasi indah. Namun, yang tersirat adalah "Tidak, Belum, Tiada Pernah, Menolak, Tak Mau."
Ya. Negeri Tercinta ini, hampir-hampir kehilangan "Orang yang Kelelahan untuk Negeri."
Padahal, Presiden Jokowi dalam karyanya (dan juga saya) seakan menyampaikan bahwa
Saya tak pernah lelah
Saya tak pernah berhenti karena kelelahan
Saya hanya bisa berhenti jika tugasku selesai
dan, ternyata, Tugasku tak pernah selesai
Ya. Presidenku, Â tak pernah lelah dan kelelahan, aku harus ikuti itu, walau yang kukerjakan hanya kecil dan sederhana.
Lalu, mengapa dirimu melipat tangan, membisu, serta berdiam diri di/dalam Area serta Arena Nyamanmu?
Kali ini (coba dirimu beranjak ke Dumay, dan lihat apa yang terjadi di sana), saya hanya meminta satu hal, 'Perhatikanlah!"
Kadrun, di dalamnya ada oposisi, politisi busuk, konglomerat hitam, ormas dan tokoh agama rasis, teroris, dan para mantan yang sakit hati, setiap hari tak pernah mengenal lelah menyerang Negeri, Presiden, Kebersamaan Umat Beragama.
Mereka menyerang dan merusak dengan orasi serta narasi kebencian, hoax, fitnah, dan penistaan. Ya, mereka tak pernah lelah.
Pada konteks itu, kemarin, sekitar pkl 13.00, teman saya yang seorang Kolonel TNI bertanya padaku, "Kanda lelah untuk hadapi semuanya itu?" Saya jawab, "Ya, lelah tapi harus hadapi, karena saya tak pernah kelelahan."
So. Bagaimana dengan dirimu?
Apakah dirimu mau berhenti menghadapi "Mereka menyerang dan merusak Bangsa, Negara, Rakyat Indonesia dengan orasi serta narasi kebencian, hoax, fitnah, dan penistaan?"
Mari, katakan dan berserulah
Saya tak pernah lelah;
Saya tak pernah berhenti karena kelelahan
Saya hanya bisa berhenti jika tugasku selesai
dan, ternyata, Tugasku tak pernah selesai
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini