Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

WNA Ikut Pilkada, Cerminan Krisis Politic Leader di Parpol

6 Februari 2021   13:07 Diperbarui: 6 Februari 2021   13:29 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Jappy.8m.net

Sekitaran Fakultas Hukum Universitas Pancasila, Jakarta Selatan | Suatu kehebohan baru terjadi di Indonesia, khususnya di Kabupaten Sabu Nusa Tenggara Timur, Nusak Leluhur Oma atau Nenek saya, seorang WNA, dan katanya "sementara berproses (kembali) menjadi WNI," (i) lolos 'tes' Politik di Parpol (DPC, DPW, DPP), (ii) lolos kriteria di KPUD, (iii) terpilih sebagai Bupati. Maka, sebagai 'Anak Flobamora' di Diaspora, setelah melihat dan mendengar ketidakpuasan banyak orang, saya pun ikut bersuara.

Terpilihnya Bapak Itu sebagai Bupati, tak penting buat saya serta tak ada yang istimewa, karena itu pilihan para pemilih di Kabupaten Sabu Raijua.  Hanya, yang menyadi perhatian adalah 'Orang yang masih berproses menjadi WNI, sudah 'lolos' di berbagai Institusi yang berhubungan dengan Pilkada; kemudian memenangkan Pilkada. Dan, itu memunculkan tanda tanya besar, "Ada apa di balik semuanya itu?"

Ada baiknya, perhatikan Vidio ini


Kini, semua orang atau banyak pihak (baru) bersuara tentang 'kasus politik' tersebut; dan berupaya menemukan solusi terbaik. Namun, perlu diingat, apa pun solusi tersebut, sudah meninggal 'luka dan borok politik' di sejumlah Institusi Politik Negeri ini.

Penyebabnya, mereka lah yang meloloskan 'orang asing' untuk ikut pertarungan politik di Pilkada Sabu Raijua. Lalu, siapa yang paling bertanggungjawab? Saya pastikan, semua Institusi yang berhubungan dengan Pilkada Sabu Raijua akan saling melempar tanggung jawab dan 'mencuci tangan' dari kesalahan.

Kegagalan Parpol?

Masuknya Bapak Itu, yang masih sebagai WN AS dan berproses (kembali) sebagai WNI, dalam bursa kandidat (dan kemudian sebagai Pasangan Calon) Bupati Kabupaten Sabu Raijua NTT, tak lepas dari (i) keinginan politik Parpol untuk menempatkan kadernya sebagai Kepala Daerah, (ii) tidak ada kader dari Sabu Raijua yang pas dengan (i), sehingga mencari kandidat dari luar Parpol, (iii) Parpol gagal melakukan penkaderan,  atau (iv) mungkin saja kader-kader yang ada di Parpol (yang berasal dari Sabu Raijua) tidak ada yang memiliki kapasitas dan kemampuan, terakhir (v) Parpol mendukung Kandidat tanpa pertimbangan kelengkapan administrasi kependudukan yang pasti, jelas, dan tepat; atau mungkin hanya berdasarkan bukti kata-kata bukan dokumen yang valid. Dari semuanya itu, entah mana yang paling pas.

Tapi, dari semua penyebab di atas, saya justru menilai bahwa, "Parpol yang mengusung Bapak Itu gagal menciptakan kader untuk jadi Kepala Daerah, dengan kata lain terjadi krisis Politic Leader di Parpol." Dalam kerangka itu, Politic Leader saya pahami sebagai

Sederhananya, politic leader adalah seseorang atau politisi yang memiliki pengaruh kuat ke semua lini, teladan dalam kepemimpinan, kecerdasan dalam interaksi sosial dan politik. So, Politic Leader adalah seseorang yang bertumbuh dan aktif (sejak dini) di Parpol. Politic Leader muncul atau ada karena karena pengkaderan serta proses politik.

Ia adalah orang atau politisi yang menjadi teladan, kiblat, inspiratif pada sesamanya, di dan dalam Parpol, bahkan pada area publik atau masyarakat luas" Selanjutnya, semua Parpol membutuhkan Politic Leader yang muncul dan bertumbuh atau melalui proses pengkaderan (di/dan oleh Parpol), bukan dari datang dari hamparan kosong atau pun dari luar Parpol.

Dengan demikian, seluruh Parpol yang ada di Negeri ini harus memiliki, setidaknya, sejumlah orang atau politisi berkriteria Politic Leader. Mereka, para Politic Leader/s, itulah yang sejatinya menjadi anggota Parlemen, Senator, atau pun top pimpinan di/pada Parpol. Itu yang seharusnya terjadi; namun faktanya tidak seperti itu, (Sumber).

Jadi?

Kini, semuanya sudah terjadi dan (akan) arsip pahit pada lebaga (serta pelajaran berharga) yang menyelengarakan Pemilu/Pikada, atau bahkan Pilpres; pelajaran yang memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan fatal yang sama.

Oleh sebab itu, ke depan atau sejak sekarang, Parpol harus menciptakan (dan mempersiapkan) Politic Leader dalam rangka menjadi Politisi di Parlemen serta Kepala Daerah. Itu harus sejak dini, bukan'tiba masa tiba akal,' sehingga main 'comot orang,' tanpa melakukan 'mengetahui siapa dia' secara hoilistik.

Cukuplah

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun