Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ini yang Dilakukan Agar Kelas Virtual Tidak Membosankan

20 Januari 2021   13:29 Diperbarui: 20 Januari 2021   13:35 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cikini, Jakarta Pusat | Jika tak salah ingat, awal Agustus 2020, dalam rangka pemberlajaran masa pandemi Covid-19, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan penyerderhanaan Kurikulum 2013 untuk dipakai selama Tahun Ajaran 2020/2021; agaknya, akan berlanjut hingga  2021/2022.

Penyederhanaan tersebut (i) hasil saringan dari Kurikulum 2013, (ii) penyederhanaan atau pun pemotongan item-item kompentensi dasar, (iii) fokus belajar pada bahan ajar yang penting, (iv) adanya peran orang dewasa, misalnya pendampingan orang tua, pada proses belajar mengajar

Sayangnya, hingga pertengahan Januari 2021 ini, belum ada publikasi parsial maupun menyeluruh (dari Kemendikbud) tentang efektivitas dan hasil belajar periode Agustus hingga Desember 2020. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi dan revisi terhadap terhadap 'Kurikulum Masa Pandemi' tersebut. (Note: Semoga beberapa hari ke depan, hal tersebut ada atau muncul). Karena itu, penggunaan metode, cara, dan petunjuk teknis Pembelajaran Selama Masa Pandemi yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, tetap dipergunakan atau pun perhatian Guru, Orang Tua, dan Perserta Didik.  

Dari hasil percakapan dengan sejumlah orang tua dan guru di Jakarta Selatan, menurut mereka, (i) 2021 sekaligus merupakan 'tahun kebosanan' pada guru dan orang tua karena mereka masih berada pada kegiatan mononton dari tahun sebelumnya, (ii) sementara itu, peserta didik pada kelas dan jenjang pendidikan yang baru, misalnya pada Kelas 1 SD, VII (atau SMP Kelas 1), dan X (atau SMA Kelas 1) belum merasakan sebagai siswa baru karena memang belum terjadi interaksi aktif dan real (bersama teman-teman baru) di kelas atau sekolah.

Nah. Dengan itu, makna di sekolah bergeser dari tempat belajar menjadi 'hanya ikatan virtual tanpa interaksi, perkenalan, bahkan tak ada itu 'kisah kasih di sekolah.' Agaknya, pada masa Covid-19 ini, walau belajar secara virtual. perlu melakukan sesuatu dalam rangka menjadikan sekolah tetap sebagai 'tempat belajar.'  

Kunci untuk hal tersebut ada pada kreativitas Pengelola Sekolah dan para guru (Note: Proses Kegiatan Belajar Mengajar secara virtual seperti sekarang ini, belum pernah terjadi sebelumnya, tak ada refrensi, dan calon guru tak pernah diajari/belajar tentang KBM Virtual. Semuanya menjadi hal baru pada proses Pendidikan di Indonesia).

Oleh sebab itu, ha-hal penting yang bisa dilakukan (oleh pengelola sekolah dan para guru) antara lain.  

  • Awali KBM dengan (guru dan semua peserta belajar virtual) mendengar pengalaman aktual  murid; beri kesempatan agar mereka menceritakan secara singkat mengenai hal-hal yang didapat pada hidup dan kehidupannya, apalagi dengan pokok bahasan yang (mau) diajarkan; yang disebut belajar mengajar berdasarkan pengalaman aktual peserta didik atau partisipan
  • Menutup waktu belajar denganh membuka ruang agar semua peserta didik saling menyapa satu sama lain; ini paling bagus jika KBM dengann Zoom atau pun Google Meet.

Untuk para guru, monggo coba; paling tidak, saya saudah lakukan hal-hal di atas.

Cukulah

Opa Jappy | Mantan Guru SD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun