Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Sebelum ke dalam artikel, mari perhatikan kutipan berikut
Pada umumnya, tahapan rentang hidup dan kehidupan seseorang terbagi pada beberapa periode penting, yaitu Masa Pra-Natal, dalam kandungan ibu; Masa Bayi: kelahiran sampai akhir minggu ke dua; Masa Bayi: akhir minggu sampai akhir tahun kedua; awal Masa Kanak-Kanak: dua sampai enam tahun; akhir Masa Kanak-Kanak: enam sampai 10 - 12 tahun; Masa Puber - Pra Remaja: 10 -12 sampai 13 - 14 tahun; Masa Remaja: 13 - 14 sampai 18 tahun; Masa Dewasa: 18 - 40 tahun; Usia Pertengahan: 40 - 60 tahun; Usia Lanjut: 60 sampai meninggal.
Semua periode dan rentang petumbuhan dan perkembangan manusia tersebut, mempunyai karakteristiknya masing-masing; ada hubungan sebab-akibat; serta mendapat pengaruh dari sikon luar dirinya. Pada umumnya akan mencapai baberapa peran tertentu, misalnya memahami tugas dan peran sebagai manusia dewasa; memahami peran sosial dalam perbedaan gender; mempunyai hubungan baru dan matang dengan teman sebaya, pria maupun wanita; menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif; perilaku sosial yang bertanggung jawab dan kemandirian pada hampir semua bidang hidup dan kehidupan, (Sumber: Opa Jappy).
Semua fase dan durasi rentang usia di atas, memiliki ciri perkembangan masing-masing serta keunikan. Ciri perkembangan pada fase awal, mempengaruhi tahap berikutnya; bahkan, merupakan akibat dari hal-hal yang sebelumnya. Dengan demikian, jika terjadi penghambatan pada tahap awal, maka akan mempengaruhi (bisa saja berakibat buruk atau minus) di jenjang berikutnya.
Langsung saja, bagaimana dengan, kita, mungkin juga anda, yang kini sudah mencapai rentang akhir pertumbuhan dan perkembangan hidup dan kehidupan atau usia lanjut? Ini yang menjadi perhatian saya.
Pada fase dan durasi ini, (seorang) manula tak lagi mengalami perkembangan yang 'menaik,' melainkan trend menurun; dalam artian mengalami penurunan pada banyak hal, misalnya menurunya kemampuan fisik, daya ingat, kekebalan tubuh, termasuk ada dalam frame sendiri, kesepian, sunyi, ataupun jauh dari orang-orang yang ia (mereka) kasihi, walau mereka membutuhkan perhatian lebih dari keluarganya.
Sementara itu, anak-anak, ataupun keluarga dekat, para manula tersebut, sudah ada di/dalam frame 'Generasi Sandwich;' generasi yang inginkan, karena pertimbangan praktis dan kemudahan, segala sesuatu 'ada yang urus,' dan mereka hanya membayar Si Pengurus itu. Dengan demikian, mereka, generasi sandwich tersebut, lebih fokus pada usaha, karier, atau pun mencari uang, interaksi serta 'live happy' dengan teman-teman, dan lain sebagainya.
Manula tidak perlu 'memaksakan' diri untuk tinggal bersama GS; apalagi jika kediaman mereka adalah rumah tipe kecil atau pun apartemen. Oleh sebab, lebih baik Manula tinggal sendiri atau di tempat berbeda.
Berdasar pengalaman, Manula yang tinggal bersama GS, (akan) mengalami batasan-batasan tertentu yang membatasi ruang gerak atau keaktivitasnya. Misanya, ketka bangun pagi, anak (atau menantu) bertanya, (i) "Papi atau ayah belum bangun?" Napa ya? GS akan sering bertanya pertanyaan sepele atau ini itu pada Manula, (ii) bahkan, ketika manula belum pulang pada jam tertentu, maka GS pun terus menerus menelpon, sambil bertanya, "Papi atau Mama di mana, pulang jam berapa?"
Jika tinggal berbeda tempat, dengaan kemajuan dan perkembangan tekhnologi komunikasi, termasuk medsos, maka sering gunakan itu untuk menghubungi anak cucu.
Menjaga kebiasaan-kebiasan kecil untuk menunjang kesehatan fisik; misalnya, makan minum, olahraga, jalan-jalan pagi/soreh di udara terbuka, mengunjungi teman-teman sebaya, atau bahkan menulis.
Siapkan obat-obat ringan di rumah atau tempat tinggal; secara berkala, chek kesehatan atau cukup meminta tenaga medis datang ke rumah. Jangan manjakan diri dengan tidur sepanjang hari, makan kapan saja, atau pun begadang tak kenal waktu.
Semuanya itu, di atas, hanya sekedar tips kecil  untuk manula; manula yang sendiri tapi tidak kesepian, karena masih bisa bersenang-senang dengan Generasi Sandwich.
Cukuplah
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini