Srengseng Sawah, Jakarta Selatan | Tiba-tiba  pada Papat Agustus yang lalu, sejumlah Para Mantan yang sudah Tuwir dan durasi hidup serta kehidupan sudah mendekati garis akhir di Planet Bumi membentuk Koalisi Aksi Menghancurkan Indonesia atau KAMI. Kemudian, beberapa hari lalu, barisan para mantan tersebut bersama segelintir pengikut, ngumpul bersama sebagai Deklarasi KAMI.
Konon, menurut hikayat dari Hamparan Kosong, KAMI yang dideklarasikan tersebut merupakan Kesatusan Aksi Menyelamatkan Indonesia. Itu kata mereka, bukan kata Beta, Kita, dan Kami yang lain.
KAMI yang mereka itu, adalah kumpulan para mantan di area Militer, Sipil, Elite Nasional, antara lain Gatot Nurmantyo, Tedjo, Din Syamsuddin, Abdullah Hehamahua, Rocky Gerung, MS Ka'ban, M Said Didu, Refly Harun.
KAMI yang mereka itu, adalah kelompok  memisahkan diri dari Rakyat dan Pemerintah RI; dan menilai bahwa Negara (dan Pemerintah) tidak (lagi) sesuai dengan UU 45.
KAMI yang mereka itu, selama ini selalu bernyanyi dengan irama Fals dan Miring terhadap segala sesuatu, sering menyuarakan orasi dan narasi Anti Pemerintah, serta kritik tanpa solusi.
KAMI yang mereka itu, sering menyatakan bahwa 'kami menyuarakan kehendak dan aspirasi rakyat;' tapi, entah suara dan aspirasi rakyat yang mana.
Bahkan, menurut para ahli bahasa, sebaran flyer, foto, orasi, dan narasi dari KAMI sudah bersifat serta menunjukkan intimidasi dan ajakan (agar rakyat) melawan Negara; atau tepatnya melawan Presiden RI, Joko Widodo.
Dan, masih banyak tentang KAMI yang itu; KAMI yang berisi para mantan. Para mantan yang seharusnya ingat akhirat dan momong cucu, dan bukan ngumpul untuk merusak Rakyat, Bangsa, dan Negara.
Itu tentang KAMI; bagaimana dengan Kami? Kami yang sangat, sangat, dan sangat berbeda dengan KAMI.
Kami, yang mungkin saja, termasuk Kita, anda dan saya.
Kami sebagai anak bangsa, bagian utama serta pertama dari Rakyat, Bangsa, dan Negara yang dibungkus menjadi satu dalam  NKRI.