Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

22 Mei 1998, Hari Pertama BJ Habibie Menjadi Presiden RI

22 Mei 2020   13:22 Diperbarui: 22 Mei 2020   14:03 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Segar kembali dalam ingatan. Saat itu pagi hari 20 Mei 1998, sebelum jam 6.00 saya sudah jalan kaki dari rumah ke Jl Yos Sudarso Jakarta Utara, dan berharap masih ditunggu mobil jemputan menuju Lab School Rawamangun (sering disebut Labschool Jakarta). Hari itu, sesuai jadual jam 10.00 pagi (akan) ada Rapat Kelulusan; ternyata ada pengumuman bahwa rapat ditunda.

Saya kemudian sarapan di Kantin, dan beranjak menuju area UNJ bersama mahasiswa yang mau ke Senayan, basa-basi sebentar; saya beranjak ke Jl. Pemuda untuk pulang. Tapi, muncul pesan pager saya, "Datang ke Kampus Gumul Juang bersama-sama adik-adik kelas. Penting."  Saya pun urungkan pulang, dan menuju Kampus STFT Jakarta, Jalan Proklamasi; di tempat itu, pada waktu kuliah,  saya sempat jadi Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa atau BPM. Sementara itu, juga pada 20 Mei 1998, sesuai laporan TV, Wakil Presiden BJ Habibie bertemu Presiden Soeharto; keduanya berbicara hal yang sangat penting karena adanya pengunduran diri 14 menteri.

Ketika bersama adik-adik kelas plus sejumlah mahasiswa lainnya, saya sempat berbincang tentang jaga diri, hati-hati, serta sampaikan bahwa, "Besok Soeharto akan turun atau mengundurkan diri;"  kata-kata saya, sempat jadi bahan tertawaan. Tapi, ada juga mahasiswa yang antusias, berkata, "Puji Tuhan, Bagus lah."

21 Mei 1998 Jakarta masih kelam dan gelap, sisa-sisa kerusuhan; jalan raya masih sepi; bangkai kendaraan yang dibakar, masih ada di pinggir jalan. Media menyiarkan keadaan dari seputaran Istana. Di Istana Negara, menggelar acara penting yang menjadi catatan sejarah perjalanan bangsa.

Juga, pada hari ini, 21 Mei 1998, saat itu sebagian besar Umat Kristen sementara mengikuti Ibadah Kenaikkan Yesus Kristus, saya sementara siap-siap untuk ibadah di GPIB Petra, Kebon Bawang Jakarta Utara. Jutaan mata Orang Indonesia melihat Tabung TV yang menyiarkan pengunduruan diri Presiden Soeharto. Beberapa detik kemudiam, BJ Habibie menjadi Presiden RI. Peristiwa yang tetap menjadi ingatan saya, karena sekaligus HUT Alhm Ibu di Kupang; sebelumnya, saya sempat menyampaikan selamat hari ulang tahun melalui telpon.

Dari Televisi, terliaht Habibie mengenakan jas dan peci hitam; di samping Soeharto yang berwajah dingin tanpa ekspresi,  selembar kertas putih digenggamnya. Kemudian, dalam hitungan Soeharto membacakan isi surat pengunduran diri sebagai Presiden Republik Indonesia. Ia berkata, "Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia.,"

Soeharto melanjutkan, "Maka Wakil Presiden Republik Indonesia, Professor Doktor Ir. BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden mandataris MPR 1998-2003." Protokol istana menyerahkan sebuah map cokelat berlogo Garuda ke Habibie.  Tongkat estafet kepemimpinan negeri siap diserahkan. Habibie membaca sumpah dan kewajiban sebagai Presiden Indonesia. Soeharto menyaksikan pelantikan Habibie. Semuanya berlangsung cepat dan lancar. Setelah Habibie mengucap sumpah jabatan, Soeharto menjabat tangan semua yang hadir. Termasuk menjabat tangan Habibie. Lalu Soeharto berjalan di belakang Habibie. Dia meninggalkan ruangan. (Semuanya terjadi di Istana karena Gedung DPR/MPR diduduki mahasiswa).

22 Mei 1998, Sehari setelah menjadi Presiden, menurut jejak digital, pukul 06.10, ia menelepon Jenderal Wiranto, dan menyampaikan bahwa ia tetap menjadi Menhankam/Pangab, sekaligus mengeluarkan perintah pertama agar Jenderal Wiranto melakukan operasi pemulihan keamanan; serta meminta agar Wiranto segera menghadap dirinya.

Juga, menurut jejak digital, tanggal 22 Mei 1998, masih pagi hari, Wiranto menghadap Presiden BJ Habibie, dan melaporkan bahwa ada gerakan pasukan, yang ditengarai sebagai pasukan Kostrad, menuju Jakarta serta terdapat konsentrasi pasukan di kediaman BJ Habibie di Kuningan dan Istana Merdeka. Presidne Habibie menyimpulkan bahwa Prabowo Subianto, bergerak sendiri tanpa sepengetahuan Panglima ABRI yaitu Jend Wiranto. BJ Habibie pun erpikir bahwa ia harus segera membuat keputusan secara cepat, dan berkata. "Sebelum matahari terbenam, Pangkostrad harus sudah diganti dan kepada penggantinya diperintahkan agar semua pasukan di bawah komando Pangkostrad harus segera kembali ke basis kesatuan masing-masing."

Wiranto mengusulkan ke Presiden BJ Habibie agar Asisten Operasi Pangab Letjen Johny Lumintang ditunjuk sebagai Pangkostrad, untuk mengembalikan semua pasukan ke basis sebelumnya, (Note: Johny Lumintang dilantik sebagai Pangkostrad pada malam hari tanggal 22 Mei 1998. Tapi, keesokan paginya, tanggal 23 Mei 1998, Johny Lumintang diganti Mayjen Djamari Chaniago).

Itulah, menurut saya, catatan penting Hari Pertama saat BJ Habibie menjadi Presiden RI. Ia menjadi Presiden pada saat kritis dan genting, sekaligus mengambil keputusan strategis, dan berdampak sangat luar biasa pada masa itu. Melalui keputusan agar Letjen Johny Lumintang menjadi Pangkostrad; Johnny Lumintang berhasil mengendalikan situasi, dan semua pasukan yang bergerak liar, berhasil kembali ke barak masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun