Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Saatnya Berikan DKI Jakarta Wakil Gubernur

13 Januari 2020   22:11 Diperbarui: 28 Februari 2020   13:07 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/AKBAR BHAYU TAMTOMO)

Misalnya, macet di mana-mana, trotoar menjadi paduan pejalan kaki dan pedagang, parit penuh sampah, bahkan sejumlah area public tidak terurus. Juga, saya sering bertemu ASN berlogo Pemda DKI Jakarta berkeliaran pada jam kantor sementara asyik belanja dan ngobrol di sejumlah mall.

Lalu, timbul tanya, "Mengapa Jakarta Maju ke Belakang?" Padahal, Gubernur yang sekarang adalah orang yang menjadi pilihan mutlak warga atau pemilih yang militan. Seorang teman dosen, ketika ditanya hal tersebut melalui pesan WA, ia menjawab dengan manis, bahwa Jakarta jangan dibiarkan dipimpin oleh hanya satu orang.

Saya pun maklum, sebab sejak Wakil Gubernur DKI Jakarta (yang lalu) maju sebagai Calon Presiden, Ibu kota memang tidak memiliki Wakil Gubernur; padahal pernah ada wacana bahwa DKI Jakarta, minimal mempunyai tiga Wakil Gubernur.

Jadi, itu penyebabnya, sederhananya, kata Mba Tumirah di Warteg sebelah, semua ketidakberesan yang terjadi di Jakarta, akibat tidak ada Wakil Gubernur.

Jadi, sebetulnya, kita, anda dan saya, tidak boleh banyak menuntut ini-itu terhadap Gubernur DKI Jakarta, karena ia sangat sibuk dan lelah sebab semuanya dikerjakan sendiri; bekerja tanpa Wakil Gubernur. Sehingga jika ada yang tak tertangani, maka itu adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi.

Wakil Gubernur Suatu Kebutuhan yang Mendesak

Dari hal-hal di atas, utamanya karena kesendirian dan kelelahan Gubernur DKI Jakarta, maka, menurut saya, saat ini, adalah waktu yang sangat tepat dan pas agar DKI Jakarta memiliki sejumlah, minimal satu, Wakil Gubernur atau Wagub; mekanisme ada pada DPRD DKI Jakarta dan Parpol pendukung Gubernur yang sekarang.

Namun, perlu diingat bahwa Wagub tersebut, yang dipilih, ditunjuk, atau diangkat, siapa pun dia, adalah orang yang benar-benar memiliki pengalaman berkarya di area Pemerintah. Wagub tersebut setidaknya mampu mengimbangi kinerja Gubernur atau bahkan melebihi Sang Gubernur. 

[Note Kecil: Dengar-dengar dari dari sumber yang sangat layak dipercayai, ketiadaan Wagub karena Parpol Pendukung belum sependapat tentang kandidat; dan juga yang lebih menarik, Parpol Pendukung sudah menghubungi sejumlah sosok ternama, namun mereka menolak tanpa alasan yang jelas; juga yang tak kalah menarik, ada beberapa kandidat wagub yang menolak karena bisa 'membunuh' karier politiknya di DKI Jakarta jika jadi Wagub dari Gubernur yang sekarang]

Selain itu, Wagub tersebut bukan sekedar pendamping dan penolong yang sepadan dengan Gubernur, tapi juga seseorang yang pandai menata kota. 

Dalam arti, ia bisa mengisi kekosongan pada hal-hal yang belum atau tidak diperhatikan oleh Gubernur. Ia juga seseorang yang bisa diterima oleh para pendukung dan 'anti Gubernur' yang sekarang.  

Dengan demikian, Gubernur dan Wagub DKI Jakarta adalah paduan dua sosok yang saling mengisi satu sama lain. Paduan indah itu (akan) menjadi tampilan yang cocok, pas, selaras, dan serasi, sehingga yang nampak adalah Gubernurnya pandai menata kata, dan Wagubnya pandai menata kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun