Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setelah Idul Fitri, Tetap Ngaku Lepat dan Laku Papat

8 Juni 2019   19:06 Diperbarui: 8 Juni 2019   19:16 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Idul Fitri Tidak Ramai Tanpa Ketupat; ketupat itu Ngaku Lepat dan Laku Papat.

Ngaku Lepat mengandung makna 'mengakui kesalahan;' dan Laku Papat adalah 'empat tindakan.' Pada tradisi Jawa; (aku) Ngaku Lepat atau (aku) mengakui sejumlah besar kesalahan, karena itu (aku akan) Laku Papat.

Laku Papat atau empat tindakan (setelah mengakui kesalahan) tersebut adalah (i) menerima (dan mendapat) maaf atau ampunan, (ii) membayar denda karena kesalahan dengan cara memberi makanan kepada orang miskin, terlantar, atau pun pengelana, (iii) menyatu dan menyatukan kembali hubungan yang (telah) rusak sebelumnya, dan (iv) menjaga diri agar tidak melakukan kesalahan yang sama atau lebih besar (lebih kasar dan jahat) terhadap sesama, [Lengkapnya Klik Idul Fitri].

Hari Ini hingga beberapa hari ke depan, masih dalam suasana Idul Fitri. Pada Minggu depan, ketika masuk kerja, sekolah, atau pun kuliah, (akan) diwarnai dengan salam-salaman, maaf-memaafkan, dan Halal bi Halal.

Sikon seperti itu, mungkin terjadi sebulan penuh. Hampir setiap hari, anda dan saya sibuk dengan hadir (sesuai undangan) pada acara Halal bi Halal di/pada acara kantor, ikatan alumni, komunitas, atau kumpulan dan lain sebagainya. Semuanya tetap diwarnai dengan salam-salaman serta maaf-memaafkan.

Bahkan, seringkali diiringi dengan komitmen membangun hubungan baru sebagaimana filosofi ketupat: Ngaku Lepat dan Laku Papat. Sungguh, semuanya menunjukan sesuatu yang indah, tenteram, elok, penuh damai sejahtera dan kasih sayang.

Semuanya itu, menurut cucu saya, mantul atau mantab betul. Namun, apakah suasana mantul tersebut (akan) terus menerus berlangsung hingga Ramadhan dan Idul Fitri pada tahun depan?

Seharusnya, Ngaku Lepat dan Laku Papat serta komitmen baru tersebut, terus menerus mewarnai interaksi dengan sesama sepang tentang hidup dan kehidupan. Jadi, bukan saja pada waktu Ramadhan, Idul Fitri (atau pun Valentine Day, Natalan, Waisak, Galungan, dan lain sebagainya).

Nanti, setelah berakhirnya suasana Idul Fitri, pada sikon keseharian anda dan saya, masih mencerminkan 'manusia baru' yang terproses pada waktu Ramadhan serta berhasil menang sehingga mencapai Idul Fitri.

Dengan demikian, nanti pada pasca Idul Fitri, kita, anda dan saya, menampilkan tampilan diri yang beda dari hari-hari kemarin.

Tampilan Diri mencerminkan insan yang telah dan terus menerus diperbaharui oleh Dia, Sang Pemilik Hidup dan Kehidupan.

#MariMenjadiManusiaIndonesiayangBaru
#ManusiaCiptaanBaru

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun