Pagi ini, GBK dan sekitarnya, bahkan semua penjuru Jakarta, akan menjadi putih. Semuanya putih karena sosok-sosok dari berbagai penjuru bergerak ke arah dan titik kumpul yang sama. Mereka bergerak ke satu tujuan sebab Pusat Kekuatan mereka adalah Jokowi-Ma'ruf.
Lalu, mengapa mereka menyatu dalam putih (walau ada juga putih yang dibungkus merah dan pelangi warna warni)? Ya. Putih bukan sekedar branding Jokowi-JK dan Jokowi-Ma'ruf, tapi lebih dari itu.
Putih adalah putih, bukan warna dan tak berwarna; putih bukan juga transparan; tidak juga tembus pandang. Putih menjadi ada, jika ada warna-warni di sekitarnya; putih menjadi tidak ada tanpa warna-warni di sekitarnya.
Putih biasanya dihubungkan dengan suci, murni, kudus, bersih, ketulusan. Putih juga dihubungkan dengan cara hidup dan kehidupan yang selaras dengan norma - etika - etis - etiket dan seterusnya.
Putih pun bisa dihubungkan dengan perilaku m, sikap yang tak memihak ke/pada perbedaan dan sentimen keterpihakan; putih pun bisa bermakna tak mendukung serta menjauhkan diri dari hingar-bingar ketidak beresan yang sementara terjadi.
0leh sebab itu, sangat banyak orang menghubungkan PUTIH dengan kejujuran, kemurnian, sifat-sifat yang baik, serta perilaku yang benar.
Berpijak pada landasan makna putih itulah, hari ini, sangat banyak orang 'memutihkan' Indonesia. Itu adalah tanda dukungan terhadap Jokowi-Ma'ruf.
Mereka datang dengan jalan kaki, sepeda, sepeda motor, mobil, semua Moda transportasi. Bahkan, dengan pesawat, dan menginap di sejumlah hotel di sekitar GBK.
Mereka datang dengan penuh semangat dan antusias; mereka menuju GBK karena melihat harapan. Harapan bahwa Jokowi-Ma'ruf wajib menyelesaikan proses pembangunan berkelanjutan.
Tak terasa, butiran air mata tua ini terjatuh karena terharu.