Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo: 11 Juta Orang Hadir di Monas

5 Desember 2018   18:30 Diperbarui: 5 Desember 2018   18:53 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kanal Indonesia Hari Ini

Prabowo Subianto,

"Peserta yang hadir saat itu mencapai 11 juta orang. Namun, pemberitaan di media massa menyebut peserta hanya mencapai 15.000 orang. Beberapa hari yang lalu ada acara besar di Monas hadir jutaan orang tapi banyak media di Indonesia tidak melihatnya.

Media-media yang kondang, media-media dengan nama besar, media-media yang mengatakan dirinya obyektif, bertanggungjawab untuk membela demokrasi, padahal justru mereka ikut bertanggung jawab.

Mereka bagian dari usaha manipulasi demokrasi. Para wartawan di media massa yang tidak memberitakan ada 11 juta orang saat reuni tersebut tak berhak menyandang predikat sebagai jurnalis.

Saya tidak mengakui Anda sebagai jurnalis. Saya sarankan kalian tidak usah hormat sama mereka (wartawan) lagi. Mereka hanya anteknya orang yang ingin hancurkan Republik Indonesia."

Sumber: Kompas.Com

Katakanlah ucapan Prabowo di atas benar, saya juga tidak membantah pernyataan tersebut. Maka, itu  bermakna  pada 2 Desember 2012 terjadi penumpukan atau kosentrasi massa yang sangat, sangat, dan sangat besar di sekitaran Monas, Jakarta. Bayangkan saja, jumlah penduduk Jakarta pada tahun 2017, 10.37 juta jiwa (Badan Pusat Statistik) ditambah 11 juta dari berbagai daerah.

Jika ikuti logika Prabowo, mungkin saja Prabowo menghitung seluruh penduduk Jakarta (10.37 juta orang) menuju Monas, dan ditambah ratusan ribu dari daerah, maka mencapai 11 juta orang. Atau, dengan hitungan, sekitar 58 % penduduk Jakarta, (58 % ini adalah para pemilih yang memilih Anies-Sandi pada Pilkada DKI Jakarta 2017), termasuk bayi, balita, abg, ditambah jutaan yang datang dari luar Jakarta, sehingga mencapai 11 juta orang; mereka menyatu di Monas.

Dengan logika tersebut, maka pada Minggu 2 Desember 2018, semua Kelurahan, Kecamatan, Kompleks Perumahan, Mall, Plaza, Tempat Ibadah, Jalan, Gang sunyi sepi, karena mereka menuju Monas dan sekitarnya. Dengan demikian, di area sekitaran Monas yang tak seberapa luas itu, termasuk semua jalan Medan Merdeka (Medan Merdeka Barat, Utara, Selatan, Timur) penuh penuh sesak dengan manusia, sehingga tidak bisa bergerak. Bahkan, untuk menggaruk bagian tubuh yang gatal pun tidak bisa, karena begitu rapatnya orang-orang di sekitarnya.

Tapi, faktanya, saya yang sengaja dengan Commuter Line dari melintas tiga kali melintas pergi pulang melintas Juanda - Gondangdia, sambil mengamati dari atas, melihat dengan jelas area kosong di sekitaran Monas dan Medan Merdeka. Bahkan, masih terlihat banyak anak-anak dan abg, serta orang tua, duduk atau pun berlarian  sambil canda ria. Pemandangan tersebut, yang terlihat jelas, menunjukkan bahwa masih ada area kosong di sekitaran Monas (pada waktu 2 Desember 2018) sehingga banyak yang canda ria di situ.

Jadi, jika Prabowo mengklaim bahwa ada 11 juta orang hadir di Monas pada waktu 11 Desember 2018, maka, maaf ya Pak Prabowo, "Anda telah salah sebut; atau anda salah hitung; dan sebutan 11 juta orang tersebut, sangat tidak masuk akal sehat."

Dengan demikian, ucapan Prabowo, sekali lagi membuktikan bahwa ia selalu menyampaikan sesuatu berdasar 'salah data dan fakta.' Atau, apa-apa yang disampaikan (oleh informan atau Tim Ses) kepadanya selalu berdasar pada hal-hal yang tidak benar, bahkan hoax.

Pertanyaannya, "Siapa yang mejadi pengumpul dan pemberi data ke/pada Prabowo?" Jawabannya, "Saya tidak tahu.' Namun, siapa pun dia atau orang tersebut, ia adalah selalu meberikkan ke/pada Prabowo sesuatu tang tidak berdasar data dan fakta. Jika benar, maka orang itu atau mereka justru bukan mengsukseskan Prabowo, namun menghancurkan dan merusak nama besar Prabowo.

Selain itu, [Note: Beberapa jam lalu saya memeriksa sejumlah video pidato di Youtube ketika Prabowo maju sebagai Cawapres dan Capres pada waktu yang lalu; dan membandingkan dengan orasi dan narasi Kampanye Pilpres 2019] pada Kampanye Pilpres 2019 ini, kualitas dan bobot orasi dan narasi Kampanye Prabowo sangat berbeda.

Jika pada waktu lalu, Prabowo masih sanggup menghentakan publik dengan janji-janji yang masuk akal, maka kini, sama sekali tidak ada. Yang muncul justru berbagai kritik yang tidak mendasar, meremehkan orang lain, serta hal-hal-hal tidak masuk akal lainnya. Bahkan, Prabowo biasa dan terbiasa dengan menyampaikan sesuatu yang bersifat mark up atau pun hiperbola, serta menakutkan publik.

Kasian.

Melihat hal tersebut, saya cuma berbisik kepada diri sendiri, "Apa yang diharapkan dari Orang Tersebut?"

Opa Jappy | Relawan Indonesia Hari Ini Memilih Jokowi - IHI MJ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun