Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

1 Oktober yang Sepi

1 Oktober 2018   12:12 Diperbarui: 1 Oktober 2018   13:17 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kompasiana

Pancasila dari alat pemersatu dan menyatukan anak-anak bangsa, telah berubah; ia dirubah oleh para pembasmi anak-anak bangsa yang "dituduh PKI" Kini, ketika kita merayakan "Kesaktian Pancasila" maka "apa muatan di dalamnya" yang menjadi ingatannya?

Sebab sesunggunya "Kesaktian Pancasila" bisa bemuatan ganda yaitu Tragedi Orang-orang yang kalah dan menjadi korban; serta Sejarah Pemenang orang-orang yang membasi mereka yang kalah tersebut. [Potongan Catatan dari Waktu yang telah lewat; sumber klik]

30 September yang Diam

Kemarin, 30 September berlalu dalam kesepian, dan Hari Ini, 1 Oktober berlangsung tanpa semarak. Padahal, kedua hari tersebut, pada masa lalu, menjadi peringatan wajib karena di dalamnya ada tragedi dan juga ada kemenangan. Tragedi dan kemenangan, yang di dalamnya ada tangisan, ratapan, air mata, serta ceceran darah.

Mungkin karena adanya gempa dan tsunami, maka rayakan serta perayaan tentang tragedi serta kemenangan pada 30 September dan 1 Oktober tenggalam karena perhatian bangsa tertuju ke arah bencana dan korban bencana. [Sama halnya dengan pelupaan terhadapa kasus penyegelan gedung-gedung gereja di Jambi, semuanya diam dan membisu].

Ya. 30 September yang kelam; namun hingga saat ini, belum terjawab dengan pasti bahwa sesungguhnya 'apa dan siapa' di balik para pembunuh para Jenderal; ada banyak versi tentang 'apa dan siapa' tersebut. Karena, setelah 1998, banyak pihak (dan orang per orang) tampil sebagai  'sumber utama yang paling tahu,' dan menyatakan bahwa versi sebelumnya adalah salah serta bohong.

Ya. Setelah 1998, rakyat yang cerdas, dibiarkan (entah oleh siapa) untuk mencari dan menemukan jawaban (pasti) tentang aktor utama di balik G30S (PKI). Namun, mereka (rakyat pun) tak diberi kesempatan untuk melakukan telaah sejarah yang holistik tentang peristiwa masa lalu tersebut. Berulangkali (ada) seminar, diskusi publik, pengungkapkan fakas, selalu saja mendapat hadangan dari 'mereka yang menyebut diri Anti Komunis atau Anti Kebangkitan PKI.'

Agaknya, pra, sekitar, dan setelah G30 S (PKI) dibiarkan menjadi tumpukan sejarah yang tak perlu (lagi) disusun ulang sehingga menjadi uraian kronologis yang mudah dicerna, diingat, serta sebagai bagian sejarah bangsa.

1 Oktober yang Sunyi

Tahun-tahun sebelum 1998, di Indonesia, 1 Oktobor merupakan 'hari hampir suci,' karena ada semacam ingatan bahwa Bangsa dan Rakyat Indonesia (telah dan berhasil) lolos dari cengkramaan Sang Jahat dalam bentuk PKI. Lalu, bagaimana dengan Hari Ini, pasa 1 Oktober 2018?

Mungkinkah 1 Oktober itu (ini) telah menjadi tidak sakti? Atau, kesaktian yang biasa dirayakan pada 1 Oktober tersebut, adalah semu dan 'pemaksaan agar menjadi sakti?'  Entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun