Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kampanye dan Potensi Konflik Sosial

22 September 2018   08:20 Diperbarui: 10 Desember 2018   11:05 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Indonesia Hari Ini

Satu lagi tahapan atau pun proses Pilpres RI Tahun 2019 telah terlewati; KPU RI telah meloloskan dan menetapkan calon Capres/Cawapres, dan diikuti dengan nomer peserta Pemilihan Presiden. Hanya ada dua pasangan, yaitu Pasangan Nomer Satu, Jokowi -- MA dan Pasangan Sesudah Nomer Satu. Mereka akan 'bertarung' secara bermartabat di area publik, sambil melempar pengaruh agar terpilih dan dipilih. Kegiatan itu lah yang disebut kampanye.

Kampanye merupakan suatu kebutuhan, kewajiban, keharusan, serta tak terelakan pada proses pemilihan (memilih) orang (untuk menduduki jabatan tertentu) atau lembaga, barang, dan jasa, program dan rencana masa depan (jika menang), visi, dan misi. Nah, pada Pilpres, terjadi semua giat dan kegiatan (dalam dan terjadi pada) kampanye.

Dengan itu, maka pada Kampanyer Pipres RI Tahun 2019, sejatinya bukan sebagai penyampaian hal-hal yang bersifat parsial, setengah-setengah, atau pun hanya potongan-potongan 'puzle' yang dilemparkan ke publik, dan membiarkan mereka menyusun ulang dengan cara pikir sendiri, yang seringkali tak pas.

Melainkan, menyampaikan suatu keutuhan yang nyaris lengkap, dan di dalamnya ada sejumlah kata, kalimat, orasi, narasi yang membangun serta mengedukasi publik, bukan sebaliknya.

Selain itu, kampanye, berdasarkan pengalaman dan catatan PBB, harus menghidari konflik dan chaos sosial karena perbedaan pilihan serta politik. Sebab, sebagian besar konflik tajam saat ini bukanlah perang antarnegara yang saling bersaing seperti di masa lalu, tetapi terjadi di dalam negara-negara itu sendiri, terutama sekitar Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden. Sebab, banyak kali terjadi pada kampanye, bercampur-baur dengan konsep-konsep identitas, bangsa, dan nasionalisme, serta kebanyakan berakar pada persaingan untuk memperebutkan sumber daya, pengakuan dan kekuasaan. 

Meskipun konflik-konflik itu tampak berbeda satu sama lain pada dasarnya ada kesamaan isu kebutuhan yang tak terpenuhi, dan pentingnya mengakomodir kepentingan mayoritas dan minoritas, dicampuradukan menjadi satu, kemudian diolah sebagai 'perjuangan dan pemilihan, politik,' bahkan perang dengan simbol agama dan keagamaan.

Jadi, tak bisa dibantah, berdasarkan pengalaman di mana-mana, kampanye politik juga merupakan salah satu (alat) pemicu dan pembangkit konflik sosial. Hal tersebut lah, yang tidak boleh terjadi di/pada Pilpres RI 2019.

Dengan demikian, untuk semua Pendukung dan Tim Sukses pasangan Capres/Cawapres, serta kelompok hura-hura dan horeeeee, selayaknya menjauhkan diri dari segala bentuk kegiatan yang bisa membangkitkan emosi, marah, kemarahan, benci, kebencian terhadap lawan politik. 

Sebaliknya, memperlihatkan segala sesuatu yang bersifat saling menghormati, menghargai, bermartabat, elagiter, serta menjunjung tingggi nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa itu, maka kampante akan menjadi ajang yang penuh wajah-wajah garang (yang) ingin menerkam lawan.

Mari, berkampanye dengan bermartabat.

Opa Jappy | Relawan Indonesia Hari Ini Memilih Jokowi -- IHI MJ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun