Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY vs Anas, Salam Kebenaran dan Keadilan dari LP Sukamiskin

15 Februari 2018   09:29 Diperbarui: 15 Februari 2018   09:56 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kompas.Com

Pondok Cina, Depok Jabar---Agaknya, beberapa bulan ke depan, kasus korupsi proyek e-KTP (akan) semakin terbuka ke hadapan publik Nusantara. Hal tersebut bisa terjadi karena setelah Seyta Novanto (dan sejumlah orang sebelumnya) berada di Tahanan KPK dan (juga) dipenjarakan, kini mereka tak lagin merahasiakan sejumlah 'nama besar' yang terlibat serta melibatkan diri pada 'Proyek Korupsi E-KTP.'

Bila memperhatikan, laporan media, dari area dan arena persidangan para terdakwa (dan juga yang telah dipenjarakan) korupsi e-KTP, maka terlihat bahwa sejumlah nama besar yang muncul di persidangan, cepat atau lambat, akan menjadi 'korban' berikutnya. Mereka yang selama ini seakan 'tak tersentuh,' bakalan berhadapan dengan KPK, bahkan ditangkap.

Salah satu nama yang sering disebut pada persidangan para terdakwa e-KTP adalah Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat dan Mantan Presiden RI periode old. Menurut para terdakwa (dan juga yang sudah dipenjarakan), pada intinya menyatakan bahawa, "Ada intervensi SBY pada proyek e-KTP sewaktu menjabat presiden."

Pernyataan seperti itu, bukan lagi sekedar tuduhan dan tudingan tanpa fakta serta, tentu bisa sebagai 'membangun jalan bebas hambatan untuk KPK, sehingga dengan mudah bisa menyeret SBY sebagai 'Terlibat dan Terduga Korupsi e-KTP.'  Oleh sebab itu, menurut saya, sebelum KPK lakukan hal tersebut, SBY meminta penjelasan soal proyek e-KTP kepada para mantan pembantunya; misalnya bertemu mantan Menko Polhukam, mantan Mendagri, mantan Jaksa Agung, mantan Mensesneg, mantan Sekretaris Kabinet, dan mantan Menko Perekenomian.

Selain itu, SBY perlu membangun opini publik serta menjelaskan secara terbuka bahwa dirinya tak terlibat dengan korupsi e-KTP.  Upaya SBY tersebut melalui pernyatan pers pada Selasa, 8 Februari 2017 di Kantor DPP Demokrat Jakarta. Menurut SBY,

"Tidak pernah namanya SBY ikut-ikutan ngurusi proyek, melakukan intervensi atas proyek; tidak pernah ada penyimpangan proyek e-KTP yang dilaporkan kepada saya selama menjabat presiden. Saya tidak tahu dan tidak mau masuk wilayah teknis proyek; semua menjelaskan, memberi testimony. Oleh sebab itu, terkait kasus e-KTP ini, saya harus menempuh jalur hukum. Pasalnya, jika tidak melawan, dampaknya bisa membuat rakyat Indonesia percaya tuduhan tersebut.

Saya masih percaya kepada Kabareskrim, saya percaya Kapolri dan Presiden RI. Mudah-mudahan beliau-beliau mendengar suara hati saya untuk menindaklanjuti apa yang saya adukan nanti.

Ini perang saya, this is my war. Perang untuk keadilan! Yang penting bantu saya dengan doa.'

Kompas.Com

Luar biasa. Sepanjang pengetahuan saya, dari semua Presiden RI, hanya SBY yang sering membuat pernyataan pers dalam 'melawan'  berbagai tuduhan, tudingan, serta kecurigaan publik yang tertuju pada dirinya, keluarganya, serta Partai Demokrat.  Hal tersebut memang menarik, karena publik mendapat penjelasan langsung dari SBY, sehingga, jika mereka percaya, dapat memahami hal yang sebenarnya terjadi. Paling tidak, SBY mau menjawab pertanyaan dan kebingungan publik terhdapat dirinya.  

Tapi, nanti dulu; publik atau pun rakyat RI boleh percaya pada pernyataan SBY, namun beda dengan Anas Urbaningrum, yang pernah disebut  'orang terdekat,' dan Mantan Ketum Partai Demokrat. Anas yang terpenjara, ia prihatin dan sekaligus terusik dengan  peryataan SBY, "Ini perang saya, this is my war. Perang untuk keadilan!" Keterusikan tersebut, maka dari balik pintu-pintu tertutup Penjara Sukamiskin, Anas menulis surat terbuka kepada SBY,

Salam Keadilan,

Sungguh ini hal yang lucu, lebih lucu ketimbang dagelan. Tetapi karena sudah disebarkan dan menjadi berita luas, hoax ini perlu dibantah karena bisa menjadi virus jahat yg merusak dan menyesatkan.

Hampir bersamaan dengan pernyataan pers Pak SBY dan pelaporan Sdr. Firman Wijaya ke Bareskrim, disebarkan Surat Hoax yang seolah-olah ditulis oleh Sdr. Mirwan Amir. Inti dari Surat Hoax yang disebarkan itu adalah bahwa ada pertemuan di Sukamiskin yang dihadiri oleh Anas Urbaningrum, Firman Wijaya, Mirwan Amir dan Saan Mustopa untuk merancang skenario fitnah kepada Pak SBY dan Mas Ibas. Pertemuan dan skenario fitnah itulah yg dipercaya terkait dengan kesaksian Mirwan Amir di persidangan Terdakwa Setya Novanto.

Surat Hoax itu disebarkan oleh sebagian orang di lingkungan Pak SBY tanpa klarifikasi terlebih dahulu dan kemudian malah digoreng sedemikian rupa. Bahkan ada tulisan artikel tentang hal tersebut yang dimuat pada website resmi Partai Demokrat.

Terkait dengan hal tersebut, perlu saya nyatakan bahwa yang disebut Pertemuan Sukamiskin itu adalah tidak ada dan tidak pernah terjadi. Itu adalah fitnah keji yg lahir dari imajinasi hitam dan buruk sangka yg tak terkendali.

Sangat mudah untuk membuktikan benar-tidaknya pertemuan itu. Terlalu banyak cara yg bisa ditempuh, seperti mengecek buku tamu, CCTV yang ada dimana-mana dan menanyakan langsung kepada warga di Sukamiskin. Tidak ada tempat kunjungan tamu yg tertutup, tidak ada warga yg bisa merahasiakan tamunya. Apalagi kalau itu sebuah pertemuan.

Sungguh menyedihkan, ternyata ada yg mempercayai dan menyebarkan hoax itu. Apalagi kemudian mengembangkan teori konspirasi. Sangat picik dan mengkhianati semangat dan kampanye anti fitnah dan hoax.

Saya mengerti bahwa jihad mencari keadilan adalah tindakan mulia. Tetapi mencari keadilan yg disertai dengan (pembiaran penyebaran) hoax dan fitnah justru berarti membelakangi keadilan itu sendiri dan terkesan lebih mementingkan gincu.

Hasrat akan citra, kekuasaan, ketenaran dan kekayaan adalah hak setiap orang. Tetapi untuk mencapainya tidak memerlukan syarat harus menghina dan menista orang lain dengan (pembiaran penyebaran) hoax dan tuduhan konspirasi fitnah.

Penting ditegaskan bahwa saya adalah korban kesaksian hoax tentang mobil Harrier dan sebagainya, yang dirancang sedemikian rupa, sehingga kemerdekaan saya dan semuanya telah dirampas dengan cara yang batil dan zalim. Sakitnya masih harus saya dan keluarga jalani sampai hari ini. Korban fitnah tidak akan menyakiti orang lain dengan fitnah. Mengapa? Karena saya percaya takdir dan datangnya hari keadilan, tetapi tidak dengan hoax dan fitnah. Saya tidak tega dan tidak suka memakan bangkai saudaranya sendiri. Itu menjijikkan!

Jadi, sudahlah.
Apalagi yang kurang?
This is not my war. Ini hanya pernyataan kebenaran.

Salam Kebenaran,
Sukamiskin, 10 Pebruari 2018

Anas Urbaningrum

Kompas.com

'Surat Cinta' dari Anas Urbaningrum tersebut, entah mengapa, baru dipubliksi pada Valentine Day  kemarin oleh Kompas.com. Namun, publikasi yang telat, tersebut, bisa disebut sebagai pas dan tepat. Karena pada hari-hari sebelumnya, publik masih terfokus pada 'peristiwa Yogya.' Ketika publik sudah tenang, maka mereka bisa mengalihkan perhartian ke 'Surat Cinta dari Sukamiskin.'

Lalu, apa alasan yang sebenarnya dan tujuan Anas menulis surat dari penjara tersebut? Mungkin hanya Anas dan Tuhan saja yang tahu dengan tepat. Namun, jika memperhatikan  isi surat tersebut, sangat jelas bahwa, Anas sudah gerah, dan tak mau lagi menjadi  "orang diam dan berdiam diri.' Mungkin saja, selama ini dalam diamnya tersebut, ia melindungi orang lain agar terhindar dari jangkauan aparat hukum. Selain itu, Anas pun tak mau menjadi 'tertuduh dan tertuding' sebagai salah satu orang yang 'berencana' agar nama SBY muncul atau terucap di arena persidangan korupsi e-KTP. Dengan demikan, Anas melakukan upaya permbersihan nama (baiknya), sekaligus bentuk perlawanan terhadap SBY. 

Langkah dan gerakan Anas dari Penjara tersebut, menunjukkan bahwa ia kembali sebagai seseorang 'yang tak mau terpenjara sendiri dan membiarkan dirinya menjadi korban;' padahal ada banyak orang atau kelompok yang ikut menikmai 'penyebab ia dipernjara.' 

Selanjutnta? Ya, selanjutnya biarlah kejujuran terungkap untuk membuka kebohongan yang salama ini tertutup. 

 Nah . Saya mau duduk diam sembil menunggu pertarungan babak berikutnya antara SBY vs Anas.

Opa Jappy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun