Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Hubungkan Valentine Day dengan Iman Katolik dan Protestan

14 Februari 2018   19:31 Diperbarui: 14 Februari 2020   10:33 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

"Tahun 1969, Hari Raya atau Perayaan Valentine dihapus  dari 'Kalender (Perayaan) Gerejawi sebagai bagian dari usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu." 

Nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, seorang pastur di Roma; seorang uskup Interamna (modern Terni); seorang martir di provinsi Romawi Africa.

Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam prosesi khusyuk dan dibawa ke altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.

Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu, (Ensiklopedi Katolik / Catholic Encyclopaedia 1908)

====

Lagu lama dan irama usang namun setiap tahun terus menerus dinyanyikan oleh berbagai kelompok ketika tiba sekitar 14 Februari. Di sana-sini ada pro-kontra, suka-tak suka, membela dan menolak; bahkan penolakkannya selalu dihubungkan dengan 'itu kebiasaan kafir, barat, serta ajaran Kristen dan Katolik.'  Agaknya, penolakkan dan pelarangan (merayakan) Hari Valentine dengan cara menghubungkannya pada (ajaran) Iman Katolik dan Kristen atau Protestan, akhir-akhir ini, merupakan alat ampuh. Dengan mampu menjadikan banyak kalangan menerimanya sebagai suatu kebenaran yang harus diikuti., dilaksanakan, serta dipatuhi.

Padahal, dalam Iman Katolik dan Protestan sama sekali tak ada Perayaan Valentin. Katolik dan Prostestan hanya mengenal Lima Perayaan Besar, yaitu

  1.  Natal, Mengingat dan Merayakan Waktu Kelahiran Yesus Kristus
  2. Jumat Agung, Mengingat dan Merayakan Peristiwa Kematian Yesus di salib
  3. Paskah, Mengingat dan Merayakan Peristiwa Kebangkitan Yesus 
  4. Kenaikkan, Mengingat dan Merayakan Peristiwa Kenaikkan Yesus ke Surga
  5. Pentakosta, Mengingat dan Merayakan Peristiwa Turunnya Roh Kudus

Ke lima hari raya tersebut di atas, secara umum dirayakan hampir semua aliran atau mazhab Katolik dan Protestan di seluruh dunia.  Di samping perayaan-perayaan tersebut, ada varian-varian perayaan yang juga dirayakan atau masuk Kalender Perayaan Gerejawi, namun selalu atau ada hubungan dengan lima perayaan utama. 

Misalnya,  sebelum Natal, ada perayaan atau masa Advent atau penantian selama empat minggu berturut-turut; masa 'pra-paskah,' yang lakukan 40 hari sebelum Jumat Agung dan Paskah, sekaligus melakukan Puasa Pra-Paskah' selama 40 hari (tidak makan dan minum dari jam 18.00 hingga jam 18.00, sering juga disebut 'Doa dan Puasa'). Selain itu, masih ada sejumlah Hari Raya atau Perayaan Gerejawi yang dilakukan oleh Katolik dan Gereja-gereja Protesan, namun hanya dilakukan dengan ritual Ibadah . 

Dari semuanya itu, jelas bahwa Perayaan Valentine bukan merupakan suatu keharusan untuk dirayakan dengan alasan-alasan keagamaan atau pun iman.  Dengan itu, jika sekarang ini Valentine Daydirayakan secara gempita dan semarak, maka itu hanya urusan bisnis atau bahkan cenderung hedonis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun