Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kejadian Luar Biasa di Asmat karena Dieksploitasi, Dieksplorasi, kemudian Ditinggalkan

19 Januari 2018   01:08 Diperbarui: 19 Januari 2018   11:26 2432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Jagakarsa, Jakarta Selatan--Kejadian luar biasa terjadi di Asmat, Papua, pada periode September 2017-Januari 2018, 61 anak Asmat meninggal dunia akibat terserang campak dan gizi buruk, sementara puluhan lainnya mengalami rawat umat.

Lengkapnya, menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat Steven Langi, 12 anak yang dirawat di RS Agats menderita campak dan gizi buruk serta penyakit lain, seperti tuberkulosis, radang paru-paru, dan malaria. Tiga anak yang terkena campak dan gizi buruk telah pulang dari rumah sakit. Ada lima distrik di pedalaman yaitu Swator, Fayit, Pulau Tiga, Jetsy, dan Siret terserang campak dan gizi buruk, yakni. Empat tim telah dikirim Pemkab Asmat ke lima distrik itu untuk  bantuan pengobatan dan makanan, tim juga mendata jumlah korban.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Papua Aaron Rumainum menyatakan bahwa "KLB campak terjadi di Asmat sejak Oktober 2017. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, sejak Oktober 2017 hingga Januari 2018, tercatat 171 anak dirawat inap dan 393 anak dirawat jalan di RS Agats karena terkena campak."

Menanggapi kejadian luar biasa tersebut, Ketua Fraksi Golkar DPR Papua, Ignasius Mimin, Kamis 17 Januari 2018, menyatakan bahwa, "Peristiwa ini harus menjadi evaluasi bagi Dinas Kesehatan di Provinsi Papua dan kabupaten/kota. Ada anggaran Otsus 80 persen diberikan ke kabupaten/kota, yang di dalamnya termasuk peningkatan pelayanan. Harusnya tak ada lagi alasan tidak ada dokter atau tenaga medis di daerah, apalagi di Kabupaten Asmat yang bukan tergolong daerah baru. Kalau tenaga medis kurang, ya bupati cari jalan karena masyarakat tidak bisa dikorbankan.

Kematian orang Papua di Nduga, Yahukimo dan Asmat, harus dijadikan pelajar bagi pemerintah daerah lainnya agar serius dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Harus ada kontrol langsung dan ketegasan oleh Pemerintah Provinsi Papua ke bawah. Agar, kejadian seperti ini bisa teratasi."

Sementara itu, oposan pemerintahan Jokowi-JK, Natalius Pigai, yang juga anggota Komnas HAM dan Mantan aktivis dari Partai Rakyat Demokrat, menyatakan, 13 Januari 2018, bahwa, "Akhirnya fakta berbicara. Sehebat-hebatnya Harian Kompas menjadi pion pemerintah selama 3 tahun kepemimpinan Jokowi, tapi hujan fakta tak bisa dibendung lagi dengan payung pencitraan. Masyarakat Indonesia selama ini tertipu dengan suguhan informasi pencitraan yang berlebihan tentang pembangunan di tanah Papua oleh Jokowi. Adanya pembangunan jalan, jembatan, gedung pencakar langit, jembatan yang melintasi laut, jalan bebas hambatan dan rel kereta ditampilkan hanya untuk menutupi kejadian yang sesungguhnya di wilayah paling timur Indonesia. Kita selama ini dihipnotis oleh Jokowi yang mengatakan Papua sudah seperti Jakarta baik pendidikan dan kesehatannya. Itu semua palsu. Kematian bayi berantai di Papua tersembunyi di balik pencitraan Jokowi."

[Note: Orang ini, agaknya hanya melihat dengan satu mata atau bahkan melihat tanpa mata; dengan demikian, komentarnya tak lebih dari komentar usang. Kata-kata dia bahwa, "Jokowi yang mengatakan Papua sudah seperti Jakarta baik pendidikan dan kesehatannya," tak ditemukan di/pada search machine mana pun. Artinya, orang ini telah melakukan pembohongan publik dan fitnah terhadap Presiden.  Selayaknya ia ditangkap Polisi karena telah menyebarkan kabar kebencian].

Sebetulnya, apa yang sebenarnya terjadi di Wilayah (Suku dan sub-suku) Asmat, sehingga terjadi 'bencana kesehatan dan gizi buruk' atau kejadian luar biasa di sana? Padahal, wilayah dengan sumber daya alam melimpah, sementara jumlah penduduk sedikit, serta   dan dana otonomi yang besar, seharusnya bisa tidak ada anak-anak yang menderita gizi buruk serta tingkat kesehatan yang rendah.

Seorang teman yang sejak tahun 1977 tinggal di Asmat, menyatakan, "Di sana, sebenarnya orang malas juga bisa makan." Lalu, mengapa hingga ada KLB gizi buruk di Asmat?

Pasti ada yang salah di sana, terutama pada pembangunan layanan kesehatan publik dan kesejateraan masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan temuan dari Kantor Menko Polhukam bahwa terjadi penyelewengan dana otonomi khusus (Otsus) di Papua dan Papua Barat serta kemiskinan di Papua dan Papua Barat masih besar. Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala BIN bahwa di beberapa daerah di Papua masih banyak masyarakat yang miskin. Ada kesalahan dalam rencana pembangunan di Papua. Perlu Perda khusus untuk jadi guide pelaksana otsus, alokasi pembagian dana otsus. Banyak praktik penyelewenagan dana otsus. Perlu adanya KPK menindaklanjuti temuan BPK.

Juga jauh sebelum adanya Dana Otonomi Khusus (Otsus) untuk Papua dan  Papua Barat pada 2009, atau  telah berlangsung selama 9 tahun, dengan kenaikan pertahun mencapai Rp 1 T  sejak tahun 2009 lalu, telah ada sejumlam institusi pemerintah dan swasta 'berlomba' untuk memajukan Asmat. Misalnya ada Yayasan Kemajuan dan Pengembangan Asmat, publikasi hasil hasil seni, terutama ukiran Asmat, Museum Asmat TMII, dan lain sebagainya. Termasuk berbagai Ormas Keagamaan yang 'mengagamakan Orang Asmat' dan dipublikasikan berbagai penjuru dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun