Mohon tunggu...
Rines OnyxiTampubolon
Rines OnyxiTampubolon Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Art Director - Choreographer

Saya seorang praktisi seni

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Panggung Teater Tanjung Pinang Saat ini, Samalayar Menggebrak!

5 Desember 2022   15:30 Diperbarui: 5 Desember 2022   15:30 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teater yang diartikan sebagai salah satu alat berekspresi lewat seni tentunya merupakan salah satu cara bagaimana para seniman berkarya. 

Sama layar sebagai salah satu komunitas seni di kota Tanjung Pinang mencoba menggebrak panggung pertunjukan teater lewat pementasan Jamilah Dan Sang Presiden. 

Sama Layar mencoba peruntungan dalam membaca responsibilitas masyarakat dalam apresiasi seni pertunjukan khususnya teater. Pertunjukan Teater yang berjudul Jamilah Dan Sang Presiden dipentaskan pada tanggal 19 November 2022 ini memiliki daya tarik yang dilihat dari bagaimana karya tersebut dipertontonkan lewat kerja artistik. Kerja artistik dan tempat pertunjukan yang disajikan sangat unik karena mencoba menampilkan karya yang beradaptasi terhadap ruang pada warung kopi yang biasanya dipakai untuk bersantai, bertemu, dan berbincang. 

Ruang pertunjukan teater modern yang biasanya sering identik dengan konvensi pertunjukan panggung proscenium, tata ruang panggung yang biasanya menggunakan alat yang memadai tak menjadi pedoman dalam karya yang disutradarai oleh Yopi Indri Yanto ini. Penonton diberikan ruang untuk menonton dengan sajian kursi plastik, beralas tanah, dan beratap tarub, hal yang sangat identik dengan kondisi warung kopi yang begitu dekat dengan masyarakat. Tidak hanya itu saja tiket yang dijual dengan harga Rp. 15.000 untuk menonton pertunjukan ini, juga sudah mendapatkan satu gelas minuman pelepas dahaga yang membuat suasana nongkrong diwarung kopi benar-benar terasa ketika menonton pertunjukan. Konsep pemanggungan yang tak biasa dinikmati masyarakat ini mungkin sedikit asing dan kurang nyaman bagi penikmat panggung proscenium, namun ada hal yang secara tidak langsung terbaca dalam konsep pemanggungan yaitu yang pertama sutradara ingin membangun suasana dan ruang yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sesuai dengan issue yang diangkat dalam naskah yang ditulis oleh Ratna Sarumpaet, yang kedua keterbatasan team produksi dalam memproduksi keseluruhan element karya sehingga mencoba melihat dan memanfaatkan apa yang dekat dan mudah didapat disekitarnya untuk mendukung pertunjukan tersebut sebagai konvensi baru dalam dunia teater di Tanjung Pinang. 

Artistik Panggung Pertunjukan Jamilah dan Sang Presiden oleh Samalayar
Artistik Panggung Pertunjukan Jamilah dan Sang Presiden oleh Samalayar

Menurut Elizabeth Burns (1973: 348-350) konvensi merupakan, pertama, suatu kesepakatan tentang aturan-aturan pertunjukan yang ditentukan oleh pengolahan tekstur panggung, pemilihan materi, dan teknik pemanggungannya. Kedua, konvensi merupakan kesepakatan terhadap norma-norma yang disepakati oleh mereka yang terlibat di dalamnya. 

Sama Layar
Sama Layar

Pemahaman ini menyadarkan kita akan munculnya edukasi dan mungkin kesepakatan baru bahwa karya dan panggung dapat menembus berbagai macam ruang yang ada dimasyarakat khususnya Tanjung Pinang lewat penampilan karya dari Sama Layar. Yang mana kesepakatan  muncul dari keterbatasan yang dimiliki dalam memproduksi pertunjukan hingga melahirkan ide yang mampu menguatkan suasana dan konten yang ingin disampaikan dari naskah yang dialihwahanakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun