Mohon tunggu...
Ony Setiawan
Ony Setiawan Mohon Tunggu... Buruh - manusia biasa yang belajar menterjemahkan rasa menjadi huruf ber spasi

Corporate communication Officer "Bekerja keras lah tetapi harus selalu merasa cukup."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah Indonesia adalah KAMI, KITA, KAMU, atau KALIAN?

29 September 2020   07:37 Diperbarui: 29 September 2020   07:39 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baca berita pagi sebenarnya seperti sarapan informasi, kadang nikmat, kadang asal telan, tp asupan informasi menjadi penting setidaknya sekedar tahu atau memposisikan diri supaya tidak terjepit keadaan yg semakin tidak menentu.

kami.... Kita atau mungkin Kamu yaa kamu atau lebih enak disebut kalian.. Sedang di suguhi atraksi deklarasi yang beberapa di setujui dan beberapa dicaci.

Tapi inilah potret negeri yang kata nya demokrasi. 

Bersuara memang hak semua manusia negeri ini jadi bebas kan Kami Kita Kamu dan kalian menuangkan dalam aksi yang ber api api atau sekedar merenung sendiri

Orang pintar yang kata nya bijak membela gerakan moral dengan tanpa moral, menghujat makhluk Tuhan yang tak sejalan dengan nya, Dungu, Goblok, seperti sabda ratu yang terbiasa keluar atas nama moral. cebong Kampret yang imut kecil dan mengemaskan sebagai makhluk Tuhan yang lain pun ikut dalam meramaikan kasanah bahasan yang sexy.

Terkadang ga habis pikir mereka dengan entengnya memaki dengan mulut atau jari, sering terpikir tekanan apa yang pernah di alami sehingga tega sekali, memvonis sesama yang ga sehati.

Sadarkah golongan terakhir yg di sebut "kalian" bukan Kami,  Kita atau Kamu adalah golongan terbesar yang sedang sok mereka perjuangankan. Si " Kalian " Ini sedang di rundung duka, mereka tak bisa lagi seperti biasa untuk berusaha dan bahkan sudah susah sekedar mencari kerja.

Kondisi yang tidak menentu, mencoba mengais di semua peluang sekedar menjaga supaya ketahanan keluarga nya terselamatkan.
Sedang yang disana pelopor moral masih mencoba mencari simpati dengan diksi dengan deklarasi yang sebenarnya hanya saling caci dan merasa pinter sendiri.

Pandemi ini memang alami walau banyak yang berusaha meyakinkan diri ini sebuah konspirasi.

Sudah lah apa susah nya mengakhiri untuk bersama membangun negeri yang sama sama kita tinggali.

Hentikan segala aksi, fokus kembali ke jati diri , bangsa yang besar adalah yang bisa saling mengerti bahwa kebutuhan anak anak negeri bukan sekedar aksi tapi sebuah inspirasi dan motivasi supaya bisa normal kembali.

Hanya dari anak negeri yang lelah dengan semua ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun