Mohon tunggu...
Ony Edyawaty
Ony Edyawaty Mohon Tunggu... Guru - pembaca apa saja

hanya seorang yang telah pergi jauh dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gugat Kesumat

11 April 2021   23:04 Diperbarui: 11 April 2021   23:08 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : republika.com

Aku mengangguk dan mencoba merekam sejelas-jelasnya setiap detil perlakuan mereka pada pegawai rendahan seperti aku. "Kurang ajar mereka semua.  Orang-orang miskin tidak tahu diri, kere munggah bale," batinku dengan kepala mengepul.

*****

Dalam keringnya padang pasir jiwaku  yang terpanggang bara amarah, aku bertemu dengan seorang lelaki dengan kegalakan dan pemberontakan yang kurang lebih sama denganku.  Pak Sunaryo, Kepala Sekolah baru yang merupakan orang buangan dari dinas pendidikan kabupaten sebelah.  Beliau terkenal suka sekali menghambat kesukaan atasan-atasannya untuk berfoya-foya dan menimbun harta kekayaan dari fasilitasnya sebagai pejabat.  Akhirnya dia dipindah ke sekolahku, sekolah paling pinggir dengan akses jalan yang masih memprihatinkan. 

Pak Sunaryo, menangkap dengan cepat potensi api panas dalam pikiran dan hatiku.  Dalam waktu singkat, aku dan dia memiliki chemistry dan kami saling mempengaruhi.  Hanya dengan aku, atasan segalak dia mau bekerja sama dan menjadi teman diskusi.  Sampai seluruh isi kantor merasa heran dan iri.  "Saatnya membalikkan keadaan dan mengejar skor," pikirku penuh semangat. 

Pak Sunaryo menyuruhku mengambil kuliah S1 dengan berbagai dispensasi.  Aku menempuh pendidikanku dengan waktu yang cukup singkat, meski saat itu aku sudah menikah dan memiliki banyak tanggungan dari pihak istriku.  Belum juga lulus kuliah, aku sudah diberikan kesempatan untuk mengajar dan mempunyai penghasilan dari dua sisi, yaitu sebagai tenaga struktural di tata usaha dan tenaga fungsional sebagai guru.  Keadaan itu sedikit demi sedikit membuatku leluasa mengembangkan jaring-jaring sosial dan menancapkan pengaruh.  Terlebih lagi Pak Sunaryo selalu mengajakku dalam setiap perjalanan kedinasan dan berbagai pertemuan penting dengan para pejabat Pendidikan.

Kecerdasan dan kegesitanku yang memang sudah terbukti saat melewati gerbang seleksi Akademi Militer memang sulit disembunyikan.  Karierku melesat dengan sangat cepat.  Hanya dalam waktu lima tahun, aku bisa menjadi Pegawai Negeri dan menyalip mereka yang dahulu membentak-bentak, menyuruhku dan mengerjaiku dengan pekerjaan-pekerjaan bodoh.  Dalam setiap Rapat Dewan Guru, aku sudah sejajar dengan para guru senior bahkan yang dahulu pernah menjadi pengajarku.  Aku melejit tak tertahankan dan bergerak nyaris tak terlampaui.

Masa jabatan Pak Sunaryo yang sudah harus berakhir sebentar lagi, kumanfaatkan dengan melakukan berbagai pendekatan agar sekolahku membuka sekolah cabang di desa sebelah.  Permohonan pembukaannya dilakukan berjenjang dan aku mengawalnya sampai Dinas Pendidikan tingkat Provinsi.  Pak Sunaryo tidak perlu waktu lama untuk memahami pergerakanku.  Dia sungguh menyukai sosok-sosok ambisius seperti diriku.  Sebelum pergi, dia membuat surat rekomendasi yang menjadikan aku mutasi ke sekolah baru dan langsung menduduki jabatan Wakil Kepala Sekolah.  Sesaat sebelum meninggalkan acara jumpa pisah, dia berkata pada Kepala Sekolah penggantinya, "Aku titip Bahtera ya.  Awas dia panas," katanya sambil menyeringai penuh arti.

Nasib baik sungguh berpihak kepadaku.  Seorang kakak sepupuku menang dalam Pemilihan Daerah dan menduduki jabatan Wakil Bupati.  Kesempatan itu tidak kusia-siakan.  Sekali lagi sifat ambisiusku mendapatkan lahan subur.  Keahlianku melakukan pendekatan yang didukung dengan kombinasi fisik dan kecerdasan membuatku segera sampai ke lingkaran dalam.  Aku segera mempersiapkan langkahku menjadi seorang Kepala Sekolah.  Meski secara Daftar Urutan Kepangkatan, aku masih jauh dari memenuhi syarat.  Usiaku baru tiga puluh delapan dan aku masih seorang Guru Pertama.  Dengan golongan III D, tentu langkahku dipastikan akan menemui jalan buntu.

Namun jangan panggil aku Bahtera, jika aku tidak mampu melewati penghalang ini.  Aku adalah surfer of chaos, seorang peselancar yang dengan mantap dan lembut mampu menaiki puncak gelombang ganas.  Aku selalu harus berada di atas, seorang peselancar harus paham cara mendaki gelombang dan menaklukkannya.  Akhirnya peraturan tambahan yang melengkapi Peraturan Daerah tentang Pengangkatan Kepala Sekolah diterbitkan dengan tekanan dari kubu politik kakak sepupuku.  Aku melenggang ke bursa pemilihan dan bertarung selayaknya seorang prajurit berdarah dingin di gelanggang bersama para anjing geladak tua yang sudah bodoh dan lamban.  Seperti dapat diduga, aku berhasil dan mendapatkan sebuah sekolah strategis, besar dan menerima otoritas yang istimewa. Semua kandidat keberatan dengan kelulusanku, semua protes keras, namun apalah arti mereka di hadapan jabatan politik kakak sepupuku.  Hanya mengomel di belakang.  "Rasakan saja, sebentar lagi juga pada kena stroke, " pikirku.   

Pertama-tama, aku memilih sekolah awal tempatku berkarir sebagai pesuruh sekolah dan Tata Usaha terlebih dahulu.  Aku begitu menikmati saat-saat duduk di kursi Kepala Sekolah sambil melihat siluet-siluet yang kutinggalkan dahulu di halaman sekolah, toilet dan dapur sebagai pesuruh.  Kubalikkan semua perlakuan yang pernah kuterima dari para guru bawel yang frustasi karena nasibnya tak pernah berubah akibat kebodohan mereka sendiri.  Tidak segan-segan aku meninggikan suara, menyindir dengan kata-kata yang pedas, bahkan menggebrak meja dan membanting gelas setiap kusaksikan hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginanku. 

"Dengar, Bapak Ibu.  Saya paling tidak suka dengan orang bodoh.  Orang bodoh itu bagaimana? Ya orang yang kalau dikasih tahu nggak ngerti-ngerti, seperti anda semua ," bentakku ketus.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun