Karya : Onsi GN
Enu adalah panggilan khas untuk gadis Manggarai.
Enu sering kali membuatku jatuh pada bayangan rindu..
Seusai mentari pamit pada bumi, aku berjalan hampa pada sudut toko tak bertuan. Aku yang ditemani gelap, melangkah tak berarah. Melewati bisikan malam, bahwa pagi tak akan kembali. Aku yang terjebak seorang diri bersandar pada tumpukan kata yang melukiskan tentang rindu yang tak terobati. Malam pun semakin kejam. Angkasa pesta raya mengundang bintang pada rembulan. Aku melihat ribuan bintang menari disaat mentari pergi dalam hati aku bertanya mengapa bulan kini sendiri?? Sedangkan bintang penuhi angkasa ini. Apakah ini tanda bahwa bulan itu adalah dia yang di ruang rindu??
Yaa dia.... (Enu). Walau sendiri tapi mampu mengalahkan ruang gelap para menanti.
Aku yang dihujani cahaya bulan kembali berdiri dan melangkah bahwa aku bangkit dalam luka. Dimana luka ini aku kuburkan dan dibubarkan? Jika pada tanah, batu dan rumput pasti lebih menikmati kepergian sosok luka yang kian lupa.
Batang ragu tak mampu, ranting kering tak mungkin. Pada luka yang bertepi sedikit menggigil melewati ruang takdir pada ujung malam ini.
Persimpangan jalan kembali aku jumpa, desakan yang menghauskan aku untuk berhenti di bawah sinar lampu jalan beraroma cahaya rembulan.
Malam itu, bibir mungil berontak memanggilku untuk pulang pada gerbang-gerbang kepulangan sementara.
Nak... Pulanglah sekarang juga, rumahmu merindukanmu. Tidur dan bawalah dia pada mimpi malammu yang berselimutkan wajahnya.