Mohon tunggu...
ongkopurboyo
ongkopurboyo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keindahan yang Tak Ternilai

17 November 2018   12:25 Diperbarui: 17 November 2018   12:53 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di kala sang mentari telah muncul dengan sinarnya yang menerangi pagi yang sejuk ini. Aku bersiap diri untuk mengawali hari ini dengan semangat yang membara tanpa ada rasa malas. Langsung lah aku berangkat kesuatu tempat yang membuat aku penasaran. Perjalanan ini aku tidak sendirian karna aku ditemani oleh teman-temanku.

Di saat mulai perjalanan aku dan temanku melupakan sesuatu barang yang seharusnya dibawa, kamipun berpikir untuk kembali apa melanjutkan kembali perjalanan dikarenakan sudah jauh dari awal keberangkatan. 

Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, barang yang kami lupakan dapat digantikan. Pagi yang sejuk dan indah berganti menjadi siang yang mulai memanas sampai terasa ke kulit, walaupun memakai perlengkapan yang komplit tapi sinar matahari yang sangat panas tetap dapat menembus jaket dan menusuk sampai ke tulang.

Teriknya siang hari kami harus tetap melanjutkan perjalanan. Cacing diperut mulai bergeliat untuk meminta makan, kami makan disuatu rumah makan yang hidangannya sangat menggiurkan dan dapat membuat lidah bergoyang. Pesanan yang kami pesan berbeda, jika aku memesan ayam bakar dengan rendang yang sangat lezat dan teman-temanku memesan makanan yang berbeada juga.

Setelah kami makan kami melanjutkan perjalanan ke tujuan awal. Teriknya siang mulai memudar dan langit berubah warna menjadi abu-abu dan hembusan angin mulai terasa sampai ke sekujur tubuh. Kami pun tetap melanjutkan perjalanan, namun setelah kami melanjutkan perjalanan tetsan air mulai turun dari langit. Disaat itu kami berlindung dipinggir toko.

Rintikan air yang mulanya berskala sedikit berubah menjadi besar dan hembusan angin menjadi kencang. Perjalanan harus tertunda, kamipun menunggu hingga berhenti. Sambil menunggu kami berbincang dan memesan makanan dan minuman di toko yang kami berhenti.

Mulanya hanya kami saja ditoko itu menjadi ramai dikarenakan intensitas hujan yang deras membuat semua orang berteduh. Ditoko itupun menjadi tempat orang-orang bertukar cerita, awalnya saling tak kenal menjadi kenal dan yang memiliki tujuan yang sama bisa bareng untuk kesana.

Orang-orang di toko itu mulai pergi satu demi satu dikarenakan sinar mentari mulai bersinar dan tetesan air mulai berkurang.kami pun melanjutkan perjalanan. Di perjalanan kami bertambah orangnya karena memiliki tujuan yang sama.

Dalam perjalanan kami mendapat kendala berupa ban teman aku bocor dikarenakan ada paku yanf menanancap keban tersebut. Kami pun harus menunggu beberapa menit. Sesudah selesai ditambal kami melanjutkan perjalanan.

Langit mulai berubah warna menjadi kekuningan yang bertanda kami harus segera mencari tempat peristirahatan. Aku melihat sebuah masjid yang dapat menjadi tempat istirahat sementara. Kami istirahat disitu, beberapa jam kemudia langit berubah warna menjadi gelap dan kami harus menginap semalam ditempat itu. Dengan segala perlengkapan kami usdah siap menginap dimana saja.

Udara yang sangat dingin membuat perut kami keroncongan dan mengeluarkan suara. Tukang nasigoreng lewat kami membeli nasigoreng tersebut. Dengan lahap kami habiskan makanan itu. Perut yang sudah terisi membuat mata ini menjadi berat dan badan menjadi lemas.kami tidur di masjid itu dengan nyenyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun