Mohon tunggu...
o n e t  b u r t o n®
o n e t b u r t o n® Mohon Tunggu... Wiraswasta - o l e h

Tukang Ojek. Tinggal di Denpasar Bali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pancasila Hebat

31 Mei 2020   21:00 Diperbarui: 1 Juni 2020   11:25 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi:pixabay.com

Tak ada yang memungkiri bagaimana hangatnya hubungan beliau dengan John F. Kennedy sang presiden Amerika kala itu. Juga tentu semua tahu beliau begitu dekat dengan Nikita Khurshchev sang perdana menteri Uni Soviet.

Bung Karno menyadari bahwa tidaklah mungkin mengikuti salah satu dari kedua ideologi tersebut. Di mana negerinya begitu majemuk. Ada ratusan hingga ribuan suku, bahasa, agama dan adat istiadat yang berbeda-beda.

Beliau sungguh menyadari bagaimana bangsa asing begitu mudah menjajah negerinya. Begitu mudah memecah belah. Begitu santai mengadu domba. Begitu ringan merampok hasil bumi negeri. Dan itu terjadi selama ratusan tahun. 

Beliau jengah menyadari negerinya terjerembab dalam kemiskinan dan kebodohan. Maka satu-satunya jalan, haruslah diselenggarakan sebuah ide. Sebuah ideologi yang mampu mewujudkan cita-cita seluruh rakyat. Menuju kemakmuran tanpa eksploitasi manusia atas manusia.

Di tengah keberagaman negerinya dan berbagai pilihan ideologi yang terhampar di muka bumi, akhirnya beliau bersama empat tokoh lainnya, Bung Hatta, Dr. Soepomo, Moh. Yamin dan K.H. Abdul Wachid Hasyim, meramu racikan sendiri. Menyelenggarakan sebuah ideologi sendiri. Agar negerinya tidak mudah tercerai berai. Dan sanggup membawa kesejahteraan. 

Maka kemudian lahirlah Pancasila. Lima sila. Lima dasar yang menjadi pegangan setiap insan negeri. Merupakan intisari dari berbagai ideologi.

Sila pertama merupakan terapan rasa spiritual yang sudah demikian membumi di negeri ini. Negara menjamin kebebasan memeluk kepercayaan kepada Tuhan. 

Sila kedua merupakan terapan dari Human Rights. HAM, Hak Asasi Manusia. Tak ada satupun manusia yang boleh merasa tertindas di negeri ini.

Sila ketiga merupakan terapan dari nasionalisme. Perekat keberadaan bangsa. Setiap manusia Indonesia wajib memelihara dan menjaga keutuhan negerinya.

Sila keempat adalah terapan dari demokrasi. Salah satu intisari dari ideologi kapitalisme. Namun ada tersirat menjunjung tinggi nilai-nilai musyawarah untuk mencapai mufakat.

Sila kelima adalah terapan dari salah satu intisari komunisme. Di mana keadilan sosial berlaku menyeluruh ke seluruh negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun