Mohon tunggu...
o n e t  b u r t o n®
o n e t b u r t o n® Mohon Tunggu... Wiraswasta - o l e h

Tukang Ojek. Tinggal di Denpasar Bali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aibon dalam Perubahan Kuantitatif ke Kualitatif

5 November 2019   22:56 Diperbarui: 5 November 2019   22:59 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang ibu sedang asyik memasak sayur sup. Sebentar lagi matang. Sang ibu terlihat sedang mencicipi rasanya.
"Ah..kurang sedikit garam, masih terasa hambar," gumamnya sambil menelan cicipan itu. Ditaburi garam sejumput. Dicoba lagi. Matanya merem merasakan pas tidaknya garam yang baru saja larut. Kepalanya menggeleng. "Kurang lagi sedikit saja," ditabur lagi. Dicicipi lagi. "Naah..ini baru pas..sedaap.."

Itulah sekelumit peristiwa yang umum terjadi. Tentu sering dialami oleh siapapun terutama oleh ibu-ibu yang biasa memasak.

Peristiwa itu pulalah yang merupakan salah satu contoh dari hukum peralihan dari kuantitas menjadi kualitas. Hal yang paling mendasar dari hukum dialektika. Selain hukum tentang kutub berlawanan yang saling merasuki dan hukum tentang negasi dari negasi. 

Tiga hukum ini merupakan ringkasan dari hukum dialektika yang didefinisikan Engels sebagai "ilmu tentang hukum-hukum umum tentang gerak dan perkembangan alam, masyarakat manusia dan pemikiran. (Anti-Dhring dan The Dialectics of Nature)

Seseorang pastilah menganut dialektika sampai tahap tertentu, kebanyakan, tidak secara sadar. Seorang ibu rumah tangga tahu bahwa sejumlah tertentu garam membuat rasa sup menjadi sedap, tapi jika ditambah lagi, justru akan membuat rasa sup itu tidak karuan. 

Dengan demikian, seorang perempuan petani yang buta huruf mengajar dirinya untuk memasak sup melalui hukum Hegelian, peralihan dari kuantitas menjadi kualitas. 

Contoh-contoh serupa dari hidup sehari-hari dapat dikutip tanpa akhir. Bahkan hewan pun tiba pada kesimpulan-kesimpulan praktis mereka bukan hanya berdasarkan silogisme Aristotelian tapi juga berdasarkan dialektika Hegelian. Demikianlah seekor rubah sadar bahwa hewan berkaki empat dan burung rasanya sedap dan bergizi. 

Ketika ia menampak seekor kelinci atau ayam, sang rubah akan menyimpulkan, hewan ini termasuk dalam jenis yang lezat dan bergizi dan - memburunya. Kita lihat di sini sebuah silogisme yang lengkap sekalipun rubah itu, bolehlah kita simpulkan, tidak akan pernah membaca karya Aristoteles. 

Walau demikian, ketika rubah yang sama menampak hewan yang mirip tapi dengan ukuran yang jauh lebih besar, misalnya, seekor serigala, ia akan menyimpulkan dengan cepat bahwa kuantitas telah berubah menjadi kualitas, dan berbalik kabur. Jelaslah bahwa kaki-kaki sang rubah diperlengkapi dengan kecenderungan Hegelian, sekalipun tidak dalam makna yang sadar. (Trotsky, In Defense of Marxism, p. 106-7) 

Lem sejenis Aibon berbahan dasar Bensin, Crepe Rubber dan Mastic Vernice. Masing-masing dengan perbandingan volume dan berat tertentu. 

Bensin dan Crepe Rubber terlebih dahulu dicampur hingga mirip bubur. Kemudian dimasukan Mastic Vernice sedikit demi sedikit sambil diaduk terus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun