Mohon tunggu...
o n e t  b u r t o n®
o n e t b u r t o n® Mohon Tunggu... Wiraswasta - o l e h

Tukang Ojek. Tinggal di Denpasar Bali

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pergi Senyap Pulang Senja (1)

16 Oktober 2019   08:02 Diperbarui: 16 Oktober 2019   09:21 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi : Pixabay

Alangkah suka citanya ketiga anak manusia itu. Iwa Simon membawa kesukaan mereka. Ikan tuna. Ikan yang besar. Sebesar pahanya Iwa Simon. Dia membelinya di Pasar Besar. Tentu itu ikan segar.

"Kita akan memanggangnya. Kau siapkan bara yang banyak Mus.." 

Dengan cekatan Iwa Simon membersihkan tuna itu. Pisau andalannya beraksi. Jeroannya dibuang. Ujung-ujung ekor dan siripnya dipisah. Diberi sayatan yang dalam di sekujur badan sang tuna. Batang  bambu yang selalu tersedia ditusuk dari kepala hingga ekor. Bumbu melumuri sekujur tuna. Bara api sudah siap.

Tonnie dan Pudjas terlihat melongo kagum menyaksikan kelihaian Iwa Simon. Hingga sang tuna berputar-putar di atas bara api.

Iwa Simon terlihat gerah. Asap merubung seluruh badannya. Sinar matahari pagi menyiram punggung legamnya. Matanya sampai berair. Tangannya kiri kanan silih berganti  menyeka keringat. Tonnie dan Pudjas terkekeh-kekeh menyaksikan pemandangan di depannya. Dilihatnya bak monyet besar sedang kena serangan lebah.

"Heyy..Pudjas hayoo..lakukan tugasmu..banyak peluh.." 

Serta merta Pudjas mengambil sapu lidi. Dipilihnya dua batang lidi yang paling panjang. Langsung digerusnya keringat sang Iwa yang membanjiri hamparan kulit punggungnya. Dihentakan lidi itu ke tanah. Itu dilakukannya berkali-kali.

"Heyy sudah..sudah..ikannya sudah matang. Siapkan tempat Mus.." perintah Iwa Simon pada Mustaman yang terlihat sedang mencacar nasi yang baru matang.

Akhirnya pagi itu mereka berempat bersuka cita melahap tuna panggang berbumbu sambal matah, sambal mentah. Di hamparan tanah depan pawon beralaskan tikar kulit pandan. Satu persatu diliriknya kemenakannya itu. Iwa Simon terlihat senang menyaksikan mereka begitu lahap. Kelahapan yang sangat jarang dia saksikan.

"Semoga kau semua bisa jadi orang naak.." desahnya sembari melahap daging tuna panas berlumur sambal mentah. **

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun