Mohon tunggu...
o n e t  b u r t o n®
o n e t b u r t o n® Mohon Tunggu... Wiraswasta - o l e h

Tukang Ojek. Tinggal di Denpasar Bali

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pergi Senyap Pulang Senja (1)

16 Oktober 2019   08:02 Diperbarui: 16 Oktober 2019   09:21 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi : Pixabay

Meskipun berusus pendek, Iwa Simon sangat menyayangi ketiga kemenakannya itu. Setiap kali pulang dari bepergian selalu saja membawa oleh-oleh.

"Hayo..cepaat..jangan sampai ketinggalan," ujar Mustaman si sulung setengah berteriak.

Terlihat Tonnie sedang membenahi tali kolor adiknya, Pudjas. Kolornya sering kali melorot hingga pantatnya sampai menyembul. Ikatannya sering lepas. Jemarinya yang mungil tak cukup kuat menarik ujung-ujung simpul tali kain.

Pudjas kedodoran mengejar langkah cepat kakaknya, Tonnie. Mustaman sedari tadi menunggu di ujung gang. Tepi jalan besar. Tangannya terlihat memainkan ranting belimbing. Memutar-mutar menjulur-julur ke sana ke mari. Badannya meliuk-liuk. Sekali waktu terlihat seperti menghindar. Seakan-akan sedang menghadapi musuh dengan ilmu pedang tinggi. Sesekali Matanya mendelik. Kuda-kudanya bergetar. Mulutnya menghentak, "Haaiikk...jiaahhh...haa...whuuss..mati kauu...kena kauuu...!"

"Siapa yang kau lawan kak? Masih yang kemarin? Masih berani dia?" sela Pudjas di tengah gemuruh serangan Mustaman. Seakan dia mengikuti alur cerita di kepala kakak sulungnya itu.

"Sudah..sudah lari dia..takut dia..takut sama pedang ini. Pedang ini bisa keluar api.." seru Mustaman dengan suara bergetar. Jemarinya kuat menggenggam batang ranting. Matanya melototi ranting belimbing itu. Dia terlihat puas. Pudjas pun mengangguk-ngangguk. Matanya berbinar menatap ranting.

Tonnie yang selangkah di belakang mereka menunjuk-nunjuk girang.

"Ituu.. Iwa dataaang.. Iwaaa..."

Mereka bertiga berhamburan menjemput Iwa Simon. Terlihat menenteng bungkusan besar dari kain goni. Tangan kirinya memanggul seikat kayu bakar. Iwa Simon sehari sebelumnya sempat mengatakan akan masak besar hari itu. Ketiga kemenakannya harus ikut membantu memasak.

"Apa itu Wak? Di dalam bungkusan itu? Anak sapi? Ikan pari lagi? Apa Wak?" rasa penasaran Pudjas mendesak-desak. 

"Sudah..sudah nanti kita lihat di rumah. Mus..kau segera siapkan api.  Tonnie kau timba air. Gentong kau penuhi ya.." Iwa Simon membagi tugas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun