Dalam praktik Pilkada yang mengusung calon tunggal, sesungguhnya tidak dapat dikatakan sebuah pemilihan atau kontestasi politik bila tidak dihadapkan dengan petanding lainnya. Mekanisme kontestasi dalam demokrasi seharusnya menyediakan sejumlah alternatif pilihan calon agar opsi dalam menghasilkan pemimpin yang berkualitas dapat terwujud.
Secara teoritis, calon tunggal dalam Pilkada dapat dipastikan menjadi pemenang karena ketunggalannya lahir dari proses politik yang bersifat elitis, tidak adanya calon lain yang terjaring oleh partai politik (krisis kader) dan tidak adanya pesaing dari jalur independen.
Hal yang menarik dalam kontestasi politik ini, calon tunggal yang hadir dan disokong oleh mayoritas partai politik ini tidak serta merta boleh berdiri sendiri, karena secara regulasi dibutuhkan kontestan dengan membuat pilihan alternatif kotak kosong.
Pentingnya kotak kosong dilihat dari sisi pemilihan dan kompetisi, pada dasarnya bertujuan untuk memastikan calon tunggal yang tersedia dapat diterima secara luas oleh masyarakat dan telah memenuhi syarat mekanisme kontestasi dalam Pilkada.
Merujuk dari mekanisme kontestasi melalui kotak kosong, sebenarnya dapat dikembangkan dalam sistem pemilihan yang tidak saja dalam menghadapi usungan calon tunggal, tetapi juga bagi usungan beberapa calon dalam Pilkada dan bahkan dalam Pilpres, yang tentu butuh perubahan regulasi. Hal ini beralasan karena dari sejumlah calon yang diusung bisa terkalahkan oleh kotak kosong karena tidak sesuai harapan rakyat.
Pelajaran Bagi Demokrasi
Keunggulan kotak kosong dalam Pilkada dapat menjadi 'lesson learned' dalam menata sistem pemilihan umum di Indonesia.
Setidaknya, pelajaran yang sangat berharga adalah, bagaimana partai politik dapat membenahi diri dan menjalankan fungsinya secara baik dan berkualitas dalam konteks rekrutmen dalam kaderisasi pemimpin masa depan.
Partai politik hendaknya tidak sekedar mengedepankan pragmatisme, tetapi pentingnya memastikan pengawalan demokrasi yang dapat memberikan jaminan kepada rakyat bahwa secara aspiratif, selektif, dan artikulatif meletakkan kepentingan rakyat di atas segala kepentingan kelompok.
Adanya pengaruh sekelompok elit penguasa atau kaum oligarkis yang cenderung berperan dalam proses politik seharusnya mulai memahami kemajuan pemikiran masyarakat di era keterbukaan. Bahwa kini kecerdasan rakyat dalam berdemokrasi semakin kritis dan dapat mendorong respons perlawanan rakyat menentang kekuasaan.
Fenomena kemenangan kotak kosong ini memberi manfaat bermakna bagi pembelajaran demokrasi yang konstruktif. Karena itu, makna kemenangan ini memiliki manfaat penting bagi masa depan bangsa.