Mohon tunggu...
onenews sulsel
onenews sulsel Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjelajahi Sulsel Tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Puasa Ramadhan Jadi Momentum Lawan "Political Decay" dan Bangun Tertip Politik

1 Juni 2018   00:31 Diperbarui: 1 Juni 2018   00:37 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puasa Ramadhan sesungguhnya bulan dimana umat muslim diberikan waktu istimewa dari Tuhan Yang Maha Besar untuk merefleksikan diri dan menumbuhkan sisi spiritualnya. Dalam bulan ini juga tidak hanya sekedar tidak makan dan minum dan menghindari hal-hal yang membatalkan puasa yang lain dari subuh hingga bedug maghrib. Namun lebih dari itu puasa bulan Ramadhan ternyata mengandung nilai-nilai yang luhur untuk kita dapat petik hikmahnya.

Universalitas dan Nilai Ramadhan 

Nilai-nilai ini tentu saja tidak hanya berlaku bagi umat muslim saja, tapi nilai-nilai yang ada pada puasa di bulan Ramadhan ini juga berlaku secara universal dan sangat berkaitan dengan kehidupan antar sesama umat manusia di seluruh penghuni jagad raya ini. Karena itu, puasa Ramadhan, pada dasarnya memberi pembelajaran untuk selalu melatih kesabaran, kejujuran hingga menahan diri dari berbagai hawa nafsu, aksi anarkis dan kekerasan atau terror lainnya. 

Menyongsong tahun politik Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019, universalitas seperti nilai demokrasi dan HAM sesungguhnya sudah teraktualisasikan dan terkandung dalam esensi puasa Ramadhan, sehingga dalam menjalankan ibadah ini mempunyai nilai kekuatan pengganda dan daya untuk belajar tertib politik dan mencegah berbagai upaya pembusukan politik yang notabene merupakan kecenderungan umum manusia (baca, Francis Fukuyama, Political Order and Political Decay, 2011). 

Untuk mengatasi dan melawan kecenderungan buruk tersebut, kita harus mengingatkan kembali makna berpuasa sebenarnya, yang dapat dilihat dari beberapa sisi antara lain; sebagai ajang untuk beribadah sebaiknya baiknya, siap menyambut malam seribu bulan, memperbanyak amal dan menjadikannya sebagai bulan Al-Quran. 

Menahan Diri dari Segala Emosi

Sedangkan bagian yang terpenting dan tak terpisahkan dalam bulan suci ini adalah usaha kita 'menahan diri' dari segala emosi dan menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tercela. Menahan diri dari segala emosi bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar, tetapi di bulan Suci ini, dianjurkan untuk juga menahan godaan diri dari segala bentuk emosi amarah, nafsu, dan emosi yang berlebih, yang dapat menyia-nyiakan kegiatan berpuasa. 

Maka dari itu, muslim dianjurkan untuk lebih banyak menghabiskan waktu untuk beribadah, tadarusan, meminta maaf pada orang lain dan memberikan maaf pada sesama. Sedangkan menahan diri untuk tidak mencela, memfitnah, bergosip, dan melakukan tindakan kampanye hitam, apalagi kekerasan yang sesungguhnya tersebut diatas tidak ada yang baik, apalagi saat Ramadhan tiba. 

Karena, Nabi Muhammad shalallahu'alaihi Wassalam pernah bersabda, "Hindarilah oleh kalian perbuatan ghibah. Karena ghibah lebih besar dosanya daripada zina. Seseorang terkadang berzina kemudian bertaubat kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan diterima taubatnya oleh Allah. Sedang orang yang berbuat ghibah, dia tidak akan diampuni sampai orang yang dia ghibah-i memaafkannya".(Ihya Ulumiddin, Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali, jilid 4, hal 411). 

Melawan 'Political Decay'

Untuk itu, menahan diri melalui momentum puasa adalah jembatan yang baik menuju tertib politik dan melawan 'polical decay' dalam kepemimpin. Artinya, setiap orang atau politisi seharusnya dapat mencegah perilaku pembusukan politik yang merugikan kepentingan umum dengan cara memanfaatkan momentum puasa ramadhan. Melawan pembusukan politik biasanya ditujukan kepada pemimpin politik yang cenderung menyalahgunakan kekuasaannya sehingga merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun