Mohon tunggu...
Muhtar Achmad
Muhtar Achmad Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Menuju ASEAN community 2015

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Uragensi Konversi Gas di Daerah Penghasil Migas Natuna

23 Januari 2015   15:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:32 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembagian jatah minyak tanah untuk minggu ini hanya 2 liter per KK yang biasanya per 3 liter untuk satu minggu di Ranai Kabupaten Natuna, telah membuat sedikit ibu-ibu rumah menyiasati kekurangannya di antaranya dengan menggunakan kayu bakar. Melihat fenomena ini sudah saatnya, Pemerintah melalui Pertamina untuk dapat menyegerakan program konversi gas dari minyak tanah di daerah yang notabene penghasil migas.

Mendukung apa yang diprogramkan Kementerian Perhubungan dibawah komando Pak Jonan bahwa untuk mencapai Indonesia Emas 2045, maka Kementerian Perhubungan harus berperan aktif untuk menghidupkan simpul-simpul pelabuhan untuk "connectivity" antar pulau antar daerah dan antar negara terutama daerah perbatasan yang selama ini belum maksimal diberdayakan. Sejalan dengan itu untuk mencapai Indonesia Emas 2045 maka Kemeterian ESDM dan Pertamina juga harus diberi ruang dan gerak yang fleksibel agar konversi gas dari minyak tanah dapat disegerakan di daerah yang notabene penghasil gas dan sekaligus beranda NKRI paling utara wilayah barat NKRI.

Adapun alasannya urgensi konversi gas dari minyak tanah sebagai berikut  :

1. Fakta di lapangan bahwa Alokasi kuota atau jatah minyak tanah terbatas  untuk memenuhi kebutuhan warga di daerah ini;

2. Keterbatasan alokasi/jatah minyak tanah membuat sebagian warga yang mempunyai kemampuan untuk menggunakan gas tabung elpiji 12 kg yang harganya cukup mahal dimana satu tabung elpiji gas harganya sekitar Rp. 205.000,-. Mengingat tabung gas elpiji ini didatangkan dari Batam dan atau Jakarta, karena belum ada shelter yang dibangun Pertamina untuk suplai gasi di Natuna seperti di Tanjung Pinang dan Batam. Jika hal ini tidak dikendalikan harganya dengan dibuat shelter atau stasiun pengisian gas elpiji maka lambat laut akan menyumbang inflasi daerah dan nasional. Sementara program darii Presiden Bapak Ir. H. Joko Widodo dihadapkan rapat konsolidasi Bupati/walikota seluruh Indonesia agar  Kepala Daerah turut dapat mengendalikan inflasi daerah dari harga sembako, namun juga pendapat penulis distribusi energi harus juga diperhatikan karena turut menyumbang inflasi daerah;

3. Kita sudah memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) tahun 2015, tidak menutup kemungkinan untuk warga yang berdekatan dengan Sematan Malaysia akan membeli elpiji dari daerah ini yang harganya lebih murah. Di satu sisi membantu masyarakat tapi disisi lain kearifan lokal jual beli ini belum dilegalkan dengan ketiadaan Petugas CQIP, atau penunjukan Camat sebagai CQIP pada tempo dulu tahun 1980 an membuat hal ini was-was jika terjadi kecelakaan laut atau cuaca yang tidak bersahabat;

4. Walaupun merupakan salah satu daerah penghasil migas Natuna sering  dilanda krisis energi dimana PLN sering mati hidup karena kerusakan mesin sewa dari BGP dan juga karena keterlambatan pengiriman solar pada saat musim utara. Dan juga program konversi gas dari minyak tanah belum dilaksanakan sampai saat ini, membuat alokasi atau jatah kuota minyak tanah yang terbatas sering menimbulkan masalah terutama ketika musim utara karena laut dan cuaca yang tidak bersahabat. Selain krisis energi juga krisis, akibat laut dan cuaca yang tidak bersahabat pada musim utara menyebabkan kelangkaan sembako karena kapal reguler pengangkutan sembako tidak diizinkan melaut sedangkan kapal besi dari Pelni seperti kapal perintis terigas, sabuk nusantara telah diputus kontrak per 31 Desember dan belum dilelang untuk tahun 2015. Sedangkan kapal Pelni dan lawit tidak boleh membawa sembako. Jadi memang betul bahwa kementerian perhubungan sangat berperan dan perlu didukung untuk konektivitas  perhubungan antar pulau, regional dan nasional.

Semoga konversi gas dari minyak tanah segera diprogramkan di Kabupaten Natuna sebagai daerahnya penghasil dan juga sekaligus beranda NKRI paling utara di bagian barat Indonesia yang notabene wilayahnya "the truly ASEAN" dimana berbatasan dengan laut ASEAN seperti Vietnam, Malaysia, philipina, Brunei darul salam bahwa laut tiongkok selatan. Apalagi saat ini kita telah mememasuki MEA 2015, siapkah kita dan bagaimana langka-langkah untuk mencapai Indonesia Emas 2045.......mari kita dukung Presiden Bapak Ir. Joko Widodo melalui Program Indonesia Poros Maritim Dunia...sehingga krisis energi...krisis sembako...krisis konektivitas perhubungan antar pulau dapat diatasi secara perlahan tapi pasti sehingga Indonesia Emas 2045 dapat dicapai..mari kita bumikan DPA (DREAM...PRAY...ACTION) untuk Indonesia Emas 2045...........

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun