Mohon tunggu...
Omy Marissa Verdiani
Omy Marissa Verdiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret

Saya seorang mahasiswi yang suka mencoba berbagai hal baru dan menarik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Pemuda dalam Menangani Pencemaran Lingkungan Melalui Keikutsertaan pada Bank Sampah Kitiran Emas

30 Desember 2022   19:44 Diperbarui: 30 Desember 2022   19:54 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suka maupun tidak, kehidupan manusia saat ini banyak dipengaruhi oleh adanya Globalisasi yang digerakkan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang maupun negara-negara yang lainnya. 

Globalisasi tersebut merambah ke seluruh penjuru dunia melalui teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang saat ini. Seperti yang kita ketahui, bahwasanya dengan adanya globalisasi tentu saja membawa berbagai dampak bagi kehidupan manusia, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. 

Apabila kita lihat, dampak positif dari adanya globalisasi nampak pada perkembangan teknologi yang semakin canggih, perekonomian yang meningkat, alat transportasi yang semakin canggih dan lain-lain. 

Sedangkan, dampak negatif dari adanya globalisasi dapat kita lihat melalui kehidupan manusia yang terdapat di muka bumi, dimana dengan adanya globalisasi saat ini mengakibatkan kemerosotan kualitas lingkungan, dimana banyak terjadi pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan tersebut salah satunya diakibatkan oleh adanya sampah yang tidak dikelola dengan baik. 

Pencemaran lingkungan merupakan suatu perubahan kondisi lingkungan yang memberikan dampak buruk terhadap makhluk hidup yang tinggal di sekitarnya. Pencemaran lingkungan menjadi salah satu persoalan yang dialami di Indonesia, hal tersebut dapat kita lihat salah satunya yakni pada tingginya sampah yang dihasilkan di Indonesia. 

Dilansir melalui liputan6.com (26/2022) bahwasanya berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Surakarta pada tahun 2021 lalu, jumlah sampah di kota Solo setiap harinya mencapai 299 ton. Dimana 84,94% dari total sampah dibawa ke TPA Putri Cempo, kemudian sekitar 14,87% dijual ke pengepul atau pengelolaan sekolah Adiwiyata dan sisanya dibakar atau dibuang sembarangan. 

Permasalahan-permasalahan mengenai pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh tingginya produksi sampah tersebut dapat diatasi atau ditekan dengan adanya kesadaran individu pentingnya untuk mengurangi pencemaran lingkungan serta dengan adanya kehadiran Bank Sampah. Bank sampah merupakan suatu tempat yang memiliki sistem seperti bank, yakni memiliki nasabah untuk menyetorkan sampah yang sebelumnya telah dipilah terlebih dahulu sesuai jenis-jenis yang telah ditentukan, dimana selanjutnya hasil sampah yang telah dipilah dan terkumpul akan disetorkan ke tempat produksi kerajinan maupun dijual ke pengepul sampah. 

Bank Sampah Kitiran Emas menjadi salah satu bank sampah yang terdapat di kota Surakarta. Bank sampah tersebut berdiri pada 9 September 2017 akibat adanya keresahan masyarakat mengenai sampah yang terdapat di kota Surakarta. 

Dengan dibentuknya Bank Sampah Kitiran Emas ini diharapkan pencemaran lingkungan akibat sampah dapat berkurang, selain itu sampah yang dulunya dianggap sebagai barang yang tidak berguna dapat dimanfaatkan menjadi barang yang memiliki nilai jual tinggi sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat setempat. 

Dalam pelaksanaan bank sampah, terdapat pembagian jenis sampah menjadi anorganik dan organik. Sampah anorganik merupakan sampah yang sifatnya tidak mudah membusuk atau sulit terurai seperti plastik, logam, kaca dan sebagainya. sedangkan, sampah organik merupakan sampah yang sifatnya mudah membusuk seperti sayuran, daun-daunan, sisa makanan dan sebagainya. 

Dalam mengelola sampah, terdapat perbedaan cara antara mengolah sampah anorganik dan sampah organik. Sampah anorganik dapat dijual dalam bentuk sampah begitu saja kepada pengepul untuk selanjutnya diolah lebih lanjut, namun tak hanya itu,  sampah anorganik juga dapat diolah atau dikreasikan menjadi kerajinan tangan seperti tas, aksesoris, tempat tisu dan sebagainya untuk menaikkan nilai jual. Sedangkan, sampah organik dapat diolah menjadi pupuk cair maupun pupuk padat sehingga dapat dijual kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun