Sambil tersedu-sedu Rukmini berlari menuju ruang jenazah. Kakinya begitu ringan melaju kencang melewati lorong rumah sakit. Ia baru saja mendengar kecelakaan beruntun di jalan tol. Ia teringat suaminya yang juga mengalami kecelakan itu. Mendadak rumah sakit terdekat banyak dikunjungi pihak keluarga korban. Rata-rata korban dinyatakan meninggal. Hanya satu orang saja yang dinyatakan selamat.
Ruang jenazah sudah di depan mata. Sebuah pintu putih yang terbuka memperlihatkan secuil isi ruangan yang diliputi duka. Nampak beberapa jenazah tertutup kain putih. Pemandangan beku yang mengiris perasaan kehilangan. Rukmini bergegas masuk ke dalam ruangan itu. Seorang pria mematung di dalam ruang jenazah itu. Rukmini tak menghiraukan pria itu, ia ingin segera melihat jenazah suaminya.
"Mana suamiku, mana suamiku! Mas Amir kamu nggak boleh mati!" ronta Rukmini seraya menyingkap satu persatu kain penutup jenazah. Tinggal satu jenazah di sudut ruang yang belum diperiksa. Tangan Rukmini bergetar. Ia buka kain penutup itu. Wajah yang tak asing baginya. Wajahnya sendiri, dengan darah basah yang masih mengucur di kepala. Segera ia menoleh ke arah seorang pria yang dari tadi mematung. "Aku menyesal mengajakmu rekreasi dik Rukmini, semoga kamu tenang di sana," bisik pria itu dengan raut penyesalan seraya membalikkan badan.
SINGOSARI, 14 OKTOBER 2022