Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pulang Kampung

30 April 2022   18:42 Diperbarui: 30 April 2022   21:13 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar https://sukabumizone.com

Sejak lama kusenandungkan rindu, seperti derit bambu yang bergesekan. Pohon randu yang sabar menegur hujan seharian. Gemertak gesekan batu jalan setapak. Serta bisikan dedaunan gugur di halaman yang gusar.

Ah airmata, mungkinkah rahim memanggilku? mana mungkin aku memaksa ibu dalam pesakitan saat melahirkanku?

Sedangkan teman-temanku mulai menanam biji senja. Dinding retak di masjid tempat mengaji telah dihuni rongga. Saat maghrib mengecup dahi Tuhan. Serta dongeng-dongeng purba bagi anak-anak yang bermain di kaki rembulan.

Selalu ada tanya saat pulang ke kampung. Mengapa harus ada do'a kepada Dia? Apakah Ibu melahirkan abu? Sehingga aku pulang tak mungkin berpaling?

Sejatinya kita hanyalah calon debu bagi hamparan detik yang dihembus musim, dan pulang adalah jarum jam yang kembali berputar sepanjang masa, bagi siapa saja.

SINGOSARI, 30 April 2022

Sumber gambar https://sukabumizone.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun