Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Akulah Puisimu

13 Maret 2021   11:45 Diperbarui: 25 Maret 2021   22:00 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: www.steemit.com)

Diam menjadi akrab saat malam semakin ringkih. Kepalaku pening. Mabuk oleh kata-kata.

Saat pagi hendak tumbuh, dadaku terasa hangat. Kau terus memandangiku dengan wajah bahagia. Jemarimu mengepakkan pena seperti kupu-kupu.  

Sepenggal waktu kemudian terus meninggi, kau hiasi diriku dengan frasa. Jajaran kalimat meliuk-liuk merapikan diksi. Lalu di alinea terakhir, kau beri penanda cahaya dari sisa purnama semalam.

"Kaulah puisiku" katamu singkat.

Di senja ini, untuk kesekian kalinya aku telah mengelupas lepas dari buku karyamu. Dipungut oleh bibir-bibir yang terus memujaku dan mendo'akanmu dalam hening kamarmu. 

"Mengapa kita seabadi ini?" gumamku.
"Apa karena aku puisimu?" tak ada yang menyahut, kecuali yang kekal adalah puisi, yang fana adalah jemari.

SINGOSARI, 13 Maret 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun