Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penghuni Pertama Kompleks Perumahan

1 November 2020   21:54 Diperbarui: 2 November 2020   07:19 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hariansederhana.com

Sontak seluruh warga kompleks perumahan menjadi gempar. Rumah yang mereka tinggali beberapa tahun tiba-tiba didatangi kepolisian. Tanpa dikomando warga berduyun-duyun mendatangi lokasi sebuah rumah di ujung utara blok. Disana nampak kepolisian sibuk mengolah tempat kejadian perkara (TKP).

Nampak pula Yanto sebagai Ketua RT terpilih yang baru menjabat seminggu didampingi oleh dua orang polisi. Tangan Yanto sudah dalam kondisi diborgol. Semua tertuju pada petugas forensik yang sedang menggali sebuah titik seperti petunjuk Yanto. Petugas forensik akhirnya menemukan sebuah bungkusan mirip kafan yang berisi kerangka bayi.

Yanto didakwa menjadi pelaku pengguguran bayi dari perempuan yang pernah tinggal di rumah itu. Tak hanya itu, Yanto juga mengakui bahwa sebagai imbalan sebelum melakukan pengguguran bayi dirinya sempat menikmati tubuh perempuan itu. Alasannya semua demi keamanan selama tinggal di kompleks perumahan.

Menjadi penghuni pertama sebuah komplek perumahan membuat Yanto merasa senang, namun juga tidak menyenangkan. Merasa senang ketika diminta cerita apapun tentang sejarah kompleks perumahan, maka ia pun dengan gamblang bercerita mulai A sampai Z. Rupanya ada cerita yang selama ini ia pendam. Sedalam kuburan bayi yang tak berdosa itu.

SINGOSARI, 1 November 2020

Seringkali orang yang banyak omong seperti menyimpan satu rahasia penting tentang dirinya. Ia tak mau rahasia penting itu terbongkar, tapi Tuhan punya cara membongkar semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun