Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penghuni Pertama Kompleks Perumahan

1 November 2020   21:54 Diperbarui: 2 November 2020   07:19 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hariansederhana.com

Pagi masih terasa sejuk, dan saat siang suasananya sepi. Penghuni kompleks perumahan memilih untuk istirahat di dalam rumah. Tak ada kesibukan yang terlihat. Tapi, begitu sore tiba, nampak ibu-ibu muda sedang menyuapi anak-anak mereka yang bermain di jalan kompleks perumahan. Anak-anak bermain sesuka hati. Ibu-ibunya bergerombol bercerita ala kadarnya. Giliran malam, beberapa bapak-bapak muda menggelar tikar. Mereka nongkrong bersama sambil ngobrol apa saja.

Seperti malam-malam sebelumnya, Yanto selalu bersemangat menceritakan apa saja tentang pengalamannya. Tentang kehidupannya, tentang keluarganya yang masih di desa dan tentu tentang sejarah awal mula ia menghuni kompleks perumahan.

Cerita yang selalu diulang-ulang itu memang tidak selalu panjang lebar. Terkadang ia juga menyelipkan cerita lainnya. Mungkin karena Yanto dianggap paling pertama dan paling tua diantara keluarga muda lainnya, maka bapak-bapak muda sungkan menegur cerita ulangan itu. Bapak-bapak muda itu hanya saling berbisik, "Itu lagi, itu lagi ceritanya."

Yanto juga selalu mengulangi ceritanya menjadi penghuni pertama saat kerja bakti atau kesempatan kumpul-kumpul dengan tetangga. Lama-kelamaan tetangga bosan mendengar cerita Yanto. Mereka tak butuh penjelasan tentang bagaimana paving dipasang, listrik mulai menyala, serta kejadian-kejadian mistis yang pernah terjadi.

Bapak-bapak muda juga tak percaya dengan cerita Yanto yang pernah didatangi dua orang perampok yang mengancam akan membunuhnya. Tetangga seringkali mencibir, hanya perampok goblok yang berniat merampok Yanto. Pasalnya tidak ada barang mewah satupun di Rumah Yanto kecuali hanya dipan, meja, kursi serta peralatan masak. Sebab keluarganya belum bersedia diboyong ke kompleks perumahan.

Yanto juga pernah bercerita perihal rumah-rumah siapa saja yang pernah ia tiduri jika bosan tidur di rumah sendiri. Tiap malam ia seperti raja yang pindah-pindah tempat tidur.

          "Tapi itu kan tidur di lantai? lagian buat apa seperti itu diceritakan, seperti tak ada bahan cerita saja" bisik salah satu tetangga.
-----*****-----
Sekian lama kompleks perumahan itu tanpa Ketua RT. Selama ini untuk administrasi kependudukan masih numpang di RT desa tetangga. Berdasar surat instruksi dari Kepala Desa, maka malam ini dilakukan pemilihan ketua RT. Kompleks perumahan dengan lima puluh kepala keluarga ini sudah pantas menjadi sebuah rukun tetangga (RT). Bahkan Kepala Desa menyumbang konsumsi untuk pemilihan Ketua RT agar berjalan lancar.

Yanto terpilih menjadi Ketua RT. Bapak-bapak muda menganggap Yanto sesepuh, sekaligus pantas menjadi pemimpin di komples perumahan. Yanto tahu persis sejarah serta apapun kejadian di kompleks perumahan ini. Apapun kejadiannya. Apapun peristiwa yang pernah terjadi di kompleks perumahan.

Termasuk pagi ini saat beberapa anggota kepolisian tiba-tiba bertamu ke rumah Yanto. Sebagai Ketua RT tentu ia ingin menunjukkan kinerjanya memimpin wilayah kompleks perumahan. Yanto bahkan membeberkan data-data tentang kepala keluarga serta penghuni di kompleks perumahannya.

          "Kami tidak membutuhkan data itu Pak RT, yang kami butuhkan adalah ini" kata salah satu polisi seraya menunjukkan foto di layar ponsel.
          "Eh, ya. E....saya kenal dia. Hem..., dia pernah tinggal disini sebentar. Di ujung blok sana" tiba-tiba Yanto gugup menjawab keterangan. Bahkan saking gugupnya ia lupa menunjuk blok rumah yang salah.
          "Blok utara apa selatan, Pak RT jangan berbohong ya" buru polisi itu gesit.
          "Seingat saya di blok selatan pak" jawab Yanto sambil menggaruk-garuk hidungnya. Keningnya mulai berkeringat. Perasaannya tak karu-karuan.
          "Selatan? masak nomor besar di selatan? yang benar saja, sini nomor berapa sebelah nomor berapa?" tegas polisi.
          "Oh ya, kalau begitu ujung utara pak" Yanto semakin gugup tak karuan.
          "Kalau yang ini siapa Pak RT?" tanya polisi sambil menunjukkan foto perempuan cantik.
          "Anu, eh, anu pak saya tidak kenal" kegugupan Yanto membuat polisi semakin yakin bahwa orang yang selama ini dicari sudah di depan mata.

Siang itu berdatanganlah tim forensik dari kepolisian. Kendaraan seperti ambulan itu berhenti di depan rumah ujung utara blok. Konon sesuai cerita Yanto, rumah itu pernah ditinggali seorang perempuan simpanan dari pengusaha kota besar. Perempuan itu hanya tinggal setengah tahun di kompleks perumahan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun