Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Penjaga Pos Kamling dan Dusun yang Penghuninya Bodoh

2 September 2020   20:05 Diperbarui: 3 September 2020   18:19 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (alinea.id)

Dusun, dimanapun lebih kecil daripada desa. Jika ada dusun yang luas, maka desanya akan lebih luas lagi. Tapi buat apa memikirkan luas tidaknya sebuah dusun? Jangan-jangan nanti kau malah ketularan seperti penjaga pos kamling di dusun yang penghuninya bodoh ini.

Layaknya malam, di dusun dengan penghuni bodoh ini pun hanya menampilkan gelap saja. Jika ada remang, bisa jadi itu belas kasihan langit malam yang mengerahkan gemintang untuk membantu dusun itu menemukan bayang-bayangnya.

Lalu siapa yang keluar malam hanya mencari bayang-bayang? Kau mungkin tak percaya bukan? Baiklah, ikuti saja kisah dusun dengan penghuni bodoh ini.

Selain langit malam dengan gemintang, dusun dengan penghuni bodoh ini akan nampak sedikit terang saat rembulan bercakap-cakap dengan kabut. Menurut sebagian penghuni dusun itu, kabut adalah malaikat yang akan mengangkat derajat mereka. Masih menurut mereka lagi, kabut tak ada bayang-bayangnya, tapi bisa dilihat dengan mata telanjang. Benarkah?

Masih belum percaya? Sama, aku pun demikian. Selain itu, mana ada malaikat yang singgah di dusun itu. Tiap malam mimpi semrawut seringkali lebih dulu singgah di kepala penghuni dusun itu.

Mimpi-mimpi semrawut itu bahkan berjam-jam lamanya menjadikan penghuni di dusun itu saling bersahutan. Bukan dengan kata, tapi dengan dengkur. Kalau penghuninya mendengkur apa malaikat sudi untuk singgah, masa tugas malaikat bertambah menjadi penjaga orang tidur? yang benar aja.

Penghuni dusun yang bodoh itu juga selalu mengadakan kenduri tiap bulan sabit tiba. Katanya untuk mendo'akan keselamatan penancapan tiang beton listrik hingga terpasangnya kabel listrik dan lampu-lampu penerang jalan sebagaimana yang dijanjikan oleh orang-orang berseragam katelpak dan memakai helm pengaman puluhan tahun silam.

Ya, puluhan tahun silam, hingga kini tak jelas ke mana lampu-lampu dan janji terang itu disimpan.

Kenduri yang sudah bertahun-tahun diadakan itu pun tak mempengaruhi realisasi aliran listrik masuk ke dusun. Namun begitu, mereka teguh mempercayai bahwa tiap bulan sabit ada berkah yang tiba. Jika ditanya berkah apa? Mereka akan menjawab, "Dusun ini segera mendapat berkah terang."

Di dusun tersebut tak hanya dihuni oleh orang=orang yang bodoh saja. Ada pula sapi, kambing, ayam betina, ayam jago dan anjing. Apakah para hewan itu juga bodoh?

Sepertinya tak perlu dijawab. Hanya saja kondisi mereka mengenaskan. Semua kurus-kurus. Tulang iga mereka seperti mencengkeram nasib yang suram. Kondisinya tak terurus. Kandangnya asal-asalan. Bahkan sulit membedakan apakah itu kandang atau tempat tidur tuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun