Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kue Bulan di Atas Kereta

5 April 2020   23:31 Diperbarui: 6 April 2020   18:41 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Di atas kereta saat pulang kubawa sekarung sajak. Sepasang mata perempuan menjala tanya. Meski berdegup, iseng kubertanya, "Turun mana?"

Perempuan itu tergeming. rambutnya terurai berkaca-kaca. Kedua lengannya menelusup diantara jaket berbulu.

Mungkin perempuan ini sedang terhunus sepi, kucoba menerka sendiri. Atau jangan-jangan rindunya dikoyak oleh pengkhianatan lelaki? 

Ah, lelaki brengsek mana yang menyia-nyiakan dia. Kalau ketemu lelaki itu akan kutonjok saja mukanya. "Mengapa aku jadi emosi?"

Kereta melaju menembus kabut. Mataku dikerubut kantuk. Perempuan di depanku hening. Kutinggal ia menyelami mimpi. 

Mendadak ia berkata: "Permisi, saya harus turun disini."

Aku gelagapan, "Hei, kue bulan ini untukmu, bawalah."
"Malam telah usai, aku harus turun disini."
"Malam telah usai?" aku menoleh ke kanan dan ke kiri. 

Perempuan itu pergi memanggul sekarung sajakku. Seklumit bisik ia selipkan di telingaku. Suaranya mirip lolongan serigala purnama.


SINGOSARI, 5 April 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun