Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mawas Diri

7 Januari 2020   15:47 Diperbarui: 7 Januari 2020   15:57 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/

Hingar bingar reda menjemput cahaya. Mentari memijat pundak pegal, pekerja tak letih ditempa dunia. Bukankah hari ini bencana telah disingkapkan oleh kebersamaan? Ada yang menjawab sepakat, tapi juga banyak yang khianat.

Hujan hanya ingin pulang saja. Membasahi seluruh kenang yang tak lekang. Seperti perempuan seteguh karang. Tak mau lajang mengekang, apalagi jalang menantang.

Usai lakon-lakon menggerayangi kota. Sekujur tubuh masih berdarah, sementara perih mengalir hilir sungai. Muara-muara setia menunggu, seonggok birahi melepas satu-persatu renjana rasa. Mereka melesat, kembali membawa cinta yang selalu berulang.

Bukankah kita semua pulang? membiarkan kota lengang? bagaimana jika kota ternyata penuh lalu lalang? Entahlah, sebaiknya kita serius memikirkan liang tempat kita berkalang. Mawas diri lebih punya arti ketimbang saling menghunus benci.

SINGOSARI, 7 Januari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun