Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aksi Diam

21 November 2019   15:26 Diperbarui: 22 November 2019   15:38 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: The Beggar of Prachatice 1924, by Conrad Felixmüller (1897–1977) via arthive.com

Pengemis akan berunjuk rasa
terus dengan aksi di depan rumah-rumah
orang kaya. Minimal seminggu sekali.

Tak ada spanduk maupun pengeras suara
yang mengutuk manusia anti dermawan.
Mereka tak cukup suara pula untuk
berteriak-teriak sambil menunggu
nasi bungkus seperti unjuk rasa lainnya.

Kulihat tak ada gelagat dari
pihak kepolisian mengerahkan
pasukan maupun kendaraan water canon.

Pengemis itu melakukan aksi diam
saat harta mereka menjadi garasi mobil.
Pengemis itu tetap aksi diam
saat pesta pora pernikahan
yang menghabiskan milyaran rupiah.
Pengemis itu juga aksi diam
saat UMK di seluruh Indonesia
sudah diterbitkan.

Aksi diam mereka
berakhir hingga di kuburan-kuburan
yang sepi oleh peziarah. Tak ada rembulan di atasnya.
Sebab saat itu sorot lampu mobil mewah berlalu-lalang
menutup aksi diam ditengah pemujaan duniawi.

MALANG, 21 NOVEMBER 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun