Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kisah Penyintas Penyakit Langka dan Mematikan dalam Buku "Metamorfosa Botulisme"

26 November 2021   16:32 Diperbarui: 26 November 2021   16:44 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: hasil pindai. Dokpri.

Zahra saat dirawat di RS. Sumber gambar IG @zahra.rabbiradlia
Zahra saat dirawat di RS. Sumber gambar IG @zahra.rabbiradlia

Hal ini jelas membuat ia semakin sedih. Gesekan sepasang suami istri muda ini tak dapat dihindari. "Sungguh, ini terasa menyakitkan. Tak hanya pada fisik, tapi juga perasaanku. Tak ada yang memercayaiku di sini, bahkan suami dan dokter sekalipun." Hal.28.

Belum lagi, perhatian kepada dua anaknya --Ibrahim dan Salman, mau tak mau semakin menggerus fisik dan mentalnya. Namun, yang Zahra dapat lakukan hanya menunggu stok obat habis untuk kemudian dapat kontrol ulang di klinik kesehatan.

Ironisnya, di satu hari saat sang suami bekerja, Zahra merasakan tubuhnya menggawat. Dia lantas mengontak salah satu temannya. Begitu temannya datang, tindakan cepat diambil. Chika --temannya itu, menelepon ambulans.

"Ya Allah. Napasmu pendekbanget. Aku sinpai... aku telepon ambulans aja, ya, Neng. Ini mah udah gawat, kamu harus ke rumah sakit." Hal.38.

Begitu ia dilarikan ke unit gawat darurat RS Rosai Yokohama, sayangnya diagnosis dokter masih tak berubah. Dia dianggap mengidap penyakit faringitis yang tak terlalu berbahaya. Jelas hal ini semakin mempertajam gesekan antara Zahra dan suaminya.

"Harusnya tadi Mama sabar. Cuma tinggal empat jam lagi Baba pulang, tapi Mama gak sabar. Malah telepon Chika. Lihat sekarang, semua jadi repot. Ibrahim sama Salman diurus orang lain. Gimana ASI-nya? Gimana Ibrahim? Baba paling gak suka kita ngerepotin orang lain!" Hal.44.

Memang situasi yang serba sulit. Sebagai pembaca, saya berusaha netral menyikapi hal ini. Di satu sisi, saya turut mengerti kegemasan Ridho yang menganggap Zahra tak betul-betul berjuang untuk sembuh. Namun di sisi lain, tak seorang pun dari kita (para pembaca, suaminya atau juga semua teman-temannya) yang tahu betapa sakitnya yang ia rasakan saat itu.

"Aku sudah tidak bertenaga lagi untuk meminta sebab diri ini terlalu takut akan penolakan. Biar saja semampu aku melakukan semuanya. Takkan pernah lagi aku meminta. Takkan mau lagi aku memohon bala bantuan." Hal.47.

KEBENARAN PERLAHAN TERKUAK

Dikarenakan tak kunjung sembuh, Ridho kemudian kembali membawa Zahra ke rumah sakit. "Di sana perawat terlebih dahulu mendeteksi kondisi tubuhku dengan beragam peralatan medis. Tak ada hal yang membahayakan di suhu dan denyut nadiku. Hanya saja, ketika perawat mengukur saturasi oksigenku dengan pulse oximeter, wajahnya mulai panik. Tanpa berpikir panjang, perawat itu melarikanku ke IGD secepat yang ia bisa..." Hal.69.

Di tengah upaya tim medis untuk mencari akar penyakit, berobat di masa pandemi covid-19 menjadi warna sendiri bagi Zahra dan suaminya. Berbagai tes kemudian dilakukan. Diagnosis terbaru kemudian diinformasikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun