* Â * Â *
Dibandingkan dengan buku pertamanya "Bukan Perawan Maria" penilaian subjektif saya adalah, saya lebih menikmati buku pertama itu sebab tema-temanya lebih sederhana dan dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Di kumcer kedua ini, walau tetap menggunakan bahasa yang renyah, namun ada beberapa cerpen yang sulit untuk saya cerna, yang tentu saja ini karena keterbatasan saya sebagai pembaca. Tema-temanya lebih absurd dengan ending kisah yang dibuat menggantung.
Mulanya saya pikir jumlah cerpen di kumcer ini tak akan sebanyak di "Bukan Perawan Maria". Kenapa? Sebab saya merasa cerpen-cerpennya ada yang terasa lebih panjang. Tapi kedua buku itu rupanya memiliki jumlah cerpen yang sama yakni 19.
Entah untuk menyamakan jumlahnya atau tidak, sebagai gantinya, muncul cerpen-cerpen lain yang terlampau singkat dan terasa kurang dalam. Jadi, ada semacam ketimpangan di antara cerpen-cerpen di kumcer ini. Ada yang bagus banget. Ada yang kesannya biasa saja. Beda dengan kumcer "Bukan Perawan Maria" yang saya merasa semua cerpennya sama kuatnya, sama bagusnya dan sama nikmatnya.
Terlepas dari itu, jelas kumcer "Memburu Muhammad" ini masih jadi sajian yang menarik dan layak dikoleksi. Rasanya nggak sabar menunggu buku ketiganya terbit untuk melengkapi trilogi Islamisme Magis ini.
Skor 8,5/10